bagiku, hujan itu rindu.
lihatlah.
rinainya tergesa terjun ke bumi,
mengalir berupa bulir di jendela rumah kita,
meluncuri rusuk-rusuk dedaunan,
menyusupi sela pori tanah.
lihatlah.
di sepanjang perjalanan itu,
hujan meninggalkan jejak-jejak rindu:
pada udara sejuk yang dilembabinya,
pada tanah kerontang yang dibasahinya,
pada kuntum melati yang mekar karena siramannya.
bagiku, hujan itu rindu.
lihatlah.
dia merindu dengan tulus.
sosoknya yang paling badai sekalipun,
bersedia tunduk mereda,
agar bisa bersua dengan pelangi.
meski sesaat saja.
"tak apa," kata hujan pada pelangi, "kita akan bertemu lagi. pasti."
lalu dia menderas dalam riak sungai,
bersicepat menuju samudera,
menguap jadi segumpal awan,
menanti reinkarnasi berikutnya.
begitulah.
bagiku, hujan itu rindu.
rindu yang bersiklus,
rindu tak putus-putus.
rindu abadi.
*
Puisi ini diikutsertakan dalam Giveaway Semua Tentang Puisi