Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Rabu, 25 Februari 2015

Kampung Budaya Betawi Setu Babakan


Beberapa waktu lalu dalam postingan saya yang mengulas agenda wisata Jakarta tahun 2015, saya menyinggung betapa kota Jakarta adalah melting pot-nya Indonesia, dengan penduduk dari beragam suku dan budaya. Bahkan, sejak masa pendudukan Belanda dulu, kota ini memang telah menarik banyak pendatang dari berbagai penjuru nusantara, mulai dari pendatang asal suku Jawa, Batak, Minang, Bugis, dan sebagainya. Selain itu, ada juga pendatang dari luar negeri seperti China, Arab dan India.

Masing-masing etnis, dengan tradisi yang dibawanya, lambat laun mempengaruhi budaya lokal. Tak heran, kebudayaan Betawi yang ada saat ini merupakan perpaduan budaya dari banyak tnis. Misalnya, kesenian marawis merupakan adaptasi dari musik gambus ala Timur Tengah. Atau, pembakaran petasan dan nuansa warna merah yang mendominasi upacara pernikahan adat Betawi ternyata dipengaruhi tradisi China.  

Sayangnya, di zaman modern ini budaya Jakarta seolah menjadi terpinggirkan seiring dengan terdesaknya kampung-kampung Betawi ke pinggiran ibukota, digantikan oleh berdirinya ratusan mal, apartemen dan gedung-gedung perkantoran.

Sebagai salah satu upaya melestarikan budaya Betawi, pada tahun 2004, tepatnya pada peringatan HUT Jakarta ke-474, pemerintah provinsi (Pemprov) Jakarta menetapkan wilayah Setu Babakan sebagai cagar budaya Betawi. Cagar budaya dengan luas sekitar 165 hektar ini berlokasi di kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, dan mayoritas penduduknya terdiri dari orang-orang suku Betawi asli. Sesuai namanya yang berasal dari kata "situ", tempat ini memang berada dekat dengan situ atau danau, yang dinaungi pepohonan rindang.

Masih ingat suasana ala kampung Betawi dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan? Kira-kira nuansa itulah yang akan kita temukan di Setu Babakan. Mulai dari deretan rumah adat yang disebut rumah kebaya, ondel-ondel dan kesenian tanjidor, sampai kuliner legendaris semacam dodol dan soto Betawi.

Sehari-hari, masyarakat Setu Babakan mengembangkan usaha pemancingan, perikanan berupa budidaya ikan dalam keramba, bercocok tanam, dan berdagang. Biasanya setiap akhir pekan diadakan berbagai pertunjukan kesenian untuk menarik minat wisatawan, mulai dari Tari Topeng, Tari Sirih Kuning, sampai Lenong. Gelaran budaya juga dimeriahkan dengan adanya para pedagang kerak telor, nasi uduk, laksa, bir pletok, dan aneka penganan khas Betawi lainnya.

Tari Sirih Kuning
Pemprov Jakarta tampaknya akan terus mengembangkan Setu Babakan sebagai wisata ikonik Betawi yang menjanjikan. Wilayahnya diperluas menjadi lebih dari 200 hektar dan akan dibangun menjadi empat zona. Di zona-zona tersebut rencananya akan berdiri museum, tempat pertunjukan, perpustakaan, dan hostel dengan kapasitas 30-40 orang, serta bungalow untuk para turis yang berkunjung bersama keluarga. Selain itu, akan dibuat pula replika kota Betawi agar pengunjung benar-benar merasakan atmosfer Betawi tempo dulu. Untuk tahun 2015 ini saja, telah disiapkan dana sekitar Rp 70 miliar untuk pembebasan lahan dan pembangunan zona.

Selain pembenahan fisik, disiapkan juga paket-paket wisata berisi hiburan, demo masak dan pelatihan yang nantinya bisa dipilih oleh para pengunjung Setu Babakan. Misalnya, kursus memasak kuliner Betawi, membuat boneka ondel-ondel, belajar mementaskan Lenong atau Tari Cokek. Asyik kan?

Bir pletok, dijamin bebas alkohol. Mau belajar cara bikinnya?
Sebagai warga Jakarta, saya berharap keberadaan kampung Betawi ini mampu bertahan bahkan berkembang. Saya yakin turisme budaya semacam Setu Babakan akan terus diminati wisatawan, terutama mereka yang jenuh akan konsep wisata perkotaan seperti mal, taman hiburan dan waterpark. Yap. Menikmati dan mempelajari akar budaya nenek moyang sendiri, ternyata bisa jadi alternatif pengisi liburan yang seru. :)  



Referensi:
jakarta.go.id
beritajakarta.com

25 komentar:

  1. Wah suasana kaya kampung si doel itu sesuatu bgt...

    BalasHapus
  2. Di sini disediakan penginapan murah juga tidak ya, Mbak?
    Biasanya desa wisata terintegrasi juga dengan homestay a la kampung.

    @nuzululpunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada pak, homestay di rumah warga. Rencananya sih mau dibuat jg hostel di kawasan ini.

      Hapus
    2. Wah jadi ingat tembi desa wisata di Jogja pak,, banyak homestay serumah dengan masyarakat setempat hehe

      Hapus
  3. Asiik ada kampung si doel. :D semoga makin berkembang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, pinginnya sih kampung budaya betawi diperbanyak lagi :)

      Hapus
  4. wah kampung Setu Babakan begitu terkenal
    asyik
    mau dong

    http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com
    @guru5seni8

    BalasHapus
  5. Sepertinya nanti waktu ke Jakarta harus meluangkan waktu ke lokasi ini. Jadi langsung inget kisah Si Doel Anak Betawi. Jadul banged rasanya. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang @BloggerBorneo, semoga betah nanti di kampung Betawi :D

      Hapus
    2. Iya bang @BloggerBorneo, semoga betah nanti di kampung Betawi :D

      Hapus
  6. sering lihat suasana betawi lewat film2 aja,
    pengen euy ke kampung betawi ^_^
    mau cicipin semur jengkolnya *nahlohh

    BalasHapus
  7. Wahhhhhh seru ajak aku dong ke sana

    BalasHapus
  8. Iyaya Kampung Betawi di Jakarta Timur nggak begitu santer kabarnya. Sayang sekali padahal banyak sekali budaya Betawi, salah satunya logat bahasa daerah, yang sampai sekarang saya yakin masih dicari orang banyak. LIhat saja sinetron Si Doel yang meski diulang-ulang beberapa kali masihs saja ada yang nonton, salah satunya saya hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu Gubernur Ali Sadikin pernah mencanangkan daerah cagar budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur.. tapi sayang tdk bertahan lama mbak :( kena arus pembangunan modern

      Hapus
  9. Wah, penasaran dengan bis pletoknya mbak.
    Dari fermentasi apa itu Mbak? Kok bisa bebas alkohol ya?

    @ririekayan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. itu namanya aja bir, sebetulnya sih ngga pake fermentasi apa2. Isinya rempah2 seperti jahe, pala, kapulaga, dll ^_^

      Hapus
  10. Nah Bir Pletok ini, saya penasaran banget. Ntar di minimarkaet bakal di jual ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg di minimarket ntu ada alkoholnya -_- kalo bir pletok bikin sendiri aja pak, hehe..

      Hapus
  11. Pengen banget nyobain bir pletoknya, kira-kira rasanya gimana yah?
    @rin_mizsipoel

    BalasHapus

Terima kasih untuk komentarnya :)