“There isn’t any
secret. You sit down and you start it and that’s it.”
(Elmore Leonard)
Saya pernah membaca beberapa buku how-to dan artikel tentang menulis. Bagaimana memilih judul? Bagaimana merangkai paragraf di halaman pertama yang akan membuat orang ingin terus membaca bukumu sampai selesai? Bagaimana menciptakan tokoh-tokoh fiktif yang terasa riil dalam cerita?
Tapi saya lupa, bahwa hal terpenting dalam menulis adalah... menulis. Tidak ada jalan rahasia untuk menjadi penulis. Kita hanya harus duduk dan mulai menulis, terus menulis.
Masih ingat resolusi 2013 yang saya bahas dalam Biarkan Tuhan Memeluk Mimpi-mimpimu? Saya akan memulai resolusi nomor tiga saya dengan ikut proyek menulis #Kisah1001Mantan yang digagas seorang teman blogger yang saya kenal di dunia maya, Mazmo Cool.
Saya dan 24 peserta lain harus membuat tulisan fiksi sepanjang minimal 10 halaman dan menyetorkannya setiap minggu selama tiga bulan berturut-turut. Peserta yang nyetor tulisan telat dari deadline mingguan, dinyatakan gugur. *sadis juga ih* Di akhir proyek nanti, target yang harus kami capai adalah satu penulis menghasilkan satu novel atau kumpulan cerpen yang siap diterbitkan secara independen. Info selengkapnya bisa dilihat di sini
Mengingat komitmen yang harus saya jalani selama tiga bulan, belum lagi syarat bahwa tulisan harus berkisah seputar kehidupan remaja (yang fasenya sudah lama saya lewati *ups, ketauan tuanya deh...*) dan bertopik "mantan kekasih" (me? Writing about ex-es? Doooh. I'm not experienced about this. Satu-satunya mantan serius saya adalah suami saya! :P) saya sempat ragu juga sih ikutan. :-/
Tapi saya pikir saya sudah terlalu sering membuat alasan, dan kali ini saya harus bersenang-senang menulis dengan deadline yang sudah ditetapkan. Seperti yang Elmore Leonard bilang, saya harus duduk dan mulai menulis, sekarang.
Saya sudah menyelesaikan judul pertama saya. Kamu pernah punya cinta monyet? Atau pernah naksir cowok/ cewek yang jauh lebih tua darimu? Entah itu sukses romantis atau gagal total, cinta monyet tetap punya kesan tersendiri, pastinya.
Tulisan pertama saya temanya bukan mantan kekasih, tapi lebih ke mantan cinta monyet. First Falling sebetulnya sudah lama menganggur di laptop sebelum saya memutuskan untuk mengeditnya di sana-sini dan membawanya ke proyek ini. Ceritanya tentang cowok remaja tanggung yang membenci cewek-cewek seusianya, yang dianggapnya terlalu meributkan penampilan dan... hobi banget ngendon lama di kamar mandi. Tapi kemudian, cowok abege ini turns out having his first crush on a mature woman, yang usianya jauh lebih tua.
Karena saya manis dan baik hati *ditimpuk batere laptop*, saya bocorin aja cuplikannya di sini deh, hehehe.
First Falling
Cewek-cewek
selalu sok imut. Mereka terlalu sering bergosip dan cekikikan. Mereka
terlalu banyak mengibaskan rambutnya. Mereka terlalu sering pergi ke kamar
mandi hanya demi hal-hal bodoh seperti memulaskan lipgloss atau mengecek apakah derajat kecantikan mereka sudah naik
satu level hari ini.
What’s between girls and restrooms?
Kenapa sih cewek-cewek begitu terobsesi pergi ke kamar
mandi? Memangnya tempat itu apa? Istana Zen? Entah ritual apa yang mereka lakukan
di kamar mandi. Mungkin menghitung jumlah komedo di wajah mereka. Atau pingsan
kelelahan setelah menghitungnya.
Jimmy berhenti bersungut-sungut, tepat sebelum ia menabrak seseorang.
Ralat.
Itu
malaikat.
Persisnya,
malaikat yang sangat cantik.
Suara
gaduh murid-murid Watergreen Preps yang berjalan buru-buru karena tak ingin
dihukum karena terlambat masuk kelas, seolah menurun volumenya hingga ke titik
terendah. Mendadak Jimmy merasa dunia berputar dalam gerakan lambat. Ada angin
sejuk yang menghembusnya.
Angin
sepoi itu juga menghembus helaian rambut ikal malaikat itu, yang tergerai ke
bahunya dan tampak keemasan disiram cahaya matahari. Wajahnya hanya dipulas
riasan minimalis, tapi ia justru terlihat cantik natural. Kedua pipinya
merona segar. Rok lebarnya yang indah berdesir saat malaikat itu membungkuk,
mengambil bukunya yang terjatuh gara-gara tabrakan tadi. Lalu
ia tersenyum manis.
“Hai,”
sapanya, “kau tidak apa-apa?”
Si
malaikat mengamati Jimmy, yang masih menatapnya tanpa sepatah katapun.
“Hai,”
kata Jimmy akhirnya, kelu.
Malaikat
itu berpostur semampai, lebih tinggi darinya, dan Jimmy harus benar-benar
mendongak untuk menatap sepasang mata birunya. Kau tahu kan perasaan terhipnotis
yang kadang-kadang timbul saat kau sedang berdiri di tepi pantai yang sepi,
memandang hamparan laut yang memantulkan warna langit?
Itulah
yang dirasakan Jimmy saat menatap mata bening itu. Terhipnotis.
“Siapa
namamu? Dari kelas mana?” tanya si malaikat lagi. Suaranya serupa alunan musik
yang baru pertama kali didengar Jimmy.
“J-Jimmy.
Randall. K-kelas sembilan.” Jimmy
mengutuki dirinya yang mendadak gagap. Sial. Memalukan!
Tapi
sepertinya si malaikat rupawan tak keberatan. Kedua sudut bibirnya terangkat
lagi, dan Jimmy bisa melihat lekuk cantik di kedua pipinya.
“Omong-omong,
bisa kau beritahu aku di mana toilet terdekat?”
Telunjuk
Jimmy perlahan naik ke arah timur, tempat bangunan sekolahnya berada. Matanya
tak pernah lepas dari sepasang mata biru itu.
“B-elokan
kedua di k-koridor utama..” Sial!
Ada apa dengan lidahnya pagi ini?
“Thanks. Well,
sampai jumpa lagi, Jimmy!”
Sang
malaikat melangkah tenang penuh keanggunan, menuju bangunan sekolah yang
ditunjuk Jimmy tadi. Pemandangan yang sedikit ganjil di mata Jimmy, sebab dia
setengah berharap akan melihat dua bilah sayap putih mencuat tiba-tiba dari
punggung sang malaikat, membawanya terbang menuju tempat yang dikehendakinya.
Oke,
malaikat nyasar itu lebih tinggi darinya, dan kelihatan lebih tua beberapa
tahun darinya. Mungkin umur mereka terpaut delapan tahun. Atau limabelas tahun.
Tapi,
hei. Who cares?
Apa
salahnya naksir cewek jangkung yang sedikit
lebih tua darimu, iya kan?
Jimmy bahkan tidak ingat cewek itu tadi menanyakan soal
kamar mandi.
*
wow..gut lak y mb ruri...
BalasHapusSame experience nih, memang untuk menulis membutuhkan komitmen yang kuat. Hal - hal kecil yang kita tekuni saat ini, bisa memberikan manfaat besar di kemudian hari.
BalasHapusNice Share
http://www.beanpedia.net
@beanpedia
'Hal - hal kecil yang kita tekuni saat ini, bisa memberikan manfaat besar di kemudian hari.' suka kalimat ini.thanks for visiting Kacamataku, Robin :D
Hapus