pingin masuk ke siniii! |
Di masa kecil dulu, nonton film di bioskop adalah kemewahan yang hanya bisa saya dengar ceritanya dari teman-teman sebaya. Kata mereka, memang lebih sensasional nonton film di bioskop ketimbang via laser disc yang piringannya segede roda bajaj (zaman dulu belum ada DVD tuh!).
Di dalam teater yang luas itu ada kursi-kursi yang empuk dan lega banget, yang bisa diduduki sesuai nomor kursi yang tercantum di tiket. Meski semua kursi penuh dengan penonton, ruangan tetap terasa sejuk karena ada pendingin udaranya. Yang paling sensasional, tentu saja layar bioskop yang super besar beserta stereo sound system-nya. Benar-benar memanjakan mata dan telinga para penonton sehingga mereka merasa tak sekedar menonton film, tapi seolah melihat adegan demi adegan terjadi langsung di hadapannya.
Lebai?
Maklumlah, itu kan kata teman-teman saya.... *ngeles*
Saya juga masih ingat iklan-iklan trailer film keren di televisi. Di akhir iklan itu, selalu ada kalimat yang seolah mengejek saya, “Saksikan hanya di bioskop-bioskop kesayangan Anda!”
Kadang-kadang saya minta sama Mama supaya diajak nonton film di bioskop, “Ma, sekaliii aja deh Ma!” Mama selalu dengan tegas bilang, “Ngapain ke bioskop? Di tivi juga banyak film bagus. Lagipula, film bioskop tuh ujung-ujungnya pasti diputar di tivi! Sabar aja ya.”
Karena saya anak baik yang penurut *halah*, akhirnya selalu saya pendam keinginan itu. Saya ngerti kok bahwa pendapatan Bapak sebagai satu-satunya pencari nafkah di keluarga kami, harus diatur sedemikian rupa oleh Mama supaya cukup untuk hidup kami selama sebulan. Dan hal-hal rekreasional seperti pergi ke bioskop sama sekali nggak masuk dalam anggaran. Harga tiket bioskop di dekat tempat tinggal saya waktu itu nggak sampe IDR 10,000,00 tapi buat Mama, membayar seharga itu hanya untuk tiket satu orang, nonton film berdurasi dua jam saja?
“Mending buat beli beras!” Saya tahu banget pasti ini yang akan diucapkan Mama. Hehehe...
Sampai suatu hari, ada satu film yang betul-betul membuat saya akhirnya nggak bisa menahan diri lagi untuk tidak menontonnya: Speed.
gambar dari sini |
Masih ingat dong ya sama film laga yang booming di tahun 1994 ini? Yang dibintangi Sandra Bullock dan si ganteng Keanu Reeves? Nah, saya naksir banget film ini setelah melihat trailer-nya di televisi. Adegan bus yang melayang menyebrangi jalan tol itu lho... Seru! Ditambah lagi ada dua sobat saya yang juga kepincut sama film Speed—tepatnya kepincut sama Keanu sih, Devi dan Lisa. Mereka terus mengompori saya supaya ikut nonton bareng mereka di bioskop. Mestinya sih kita ngga boleh nonton film ini, secara ada labelnya 17+... *nyengir*
Akhirnya, saya menghiba-hiba sama Mama sekali lagi, supaya dibolehin ke bioskop. Hasilnya? Sama seperti sebelum-sebelumnya! “Ngapain ke bioskop? Di tivi banyak film bagus. Lagipula, film bioskop ujung-ujungnya pasti diputar di tivi! Sabar aja.”
Yaaaa.. Padahal setahu saya, film-film boxoffice baru akan tayang di televisi setidaknya enam tahun setelah wara-wiri di layar bioskop. Masa saya mesti nunggu sampe jamuran dulu baru bisa menonton secara utuh adegan bus terbang itu??
“Kamu pingin banget nonton Speed? Ya udah, nonton aja.. tapi jangan ketahuan Mama. Kamu punya uang tabungan jajan kan? Nggak pa-pa kok...”
Hmmhh, iya ya. Saya manggut-manggut. Nggak sadar bahwa sisi jahat dalam diri saya mulai mengambil alih situasi.
Maka, kami bertiga sepakat pergi ke bioskop di hari yang ditentukan. Waktu saya menjemput teman ke rumahnya, mamanya memastikan, “Ruri udah minta izin kan sama mama Ruri?”
Duh. Kok jadi keringet dingin gini ya? “Engg, udah, Tante!”
“Udah. Tapi ditolak!” bisik sisi baik dalam diri saya, sewot. Sssst!
Singkat cerita, kami berangkat. Terselip rasa bersalah di hati saya karena bohong sama Mama. Saat pamit tadi, saya cuma bilang mau main ke rumah teman. Tapi rasa itu dengan segera tertutupi oleh rasa bahagia. Akhirnya cita-cita nonton film di bioskop tercapai juga! Serasa mimpi... bisa antre beli tiket, menyerahkan tiket ke mbak penjaga pintu untuk disobek bagian pinggirnya, duduk di kursi beludru nyaman, terpana norak saat lampu-lampu diredupkan dan film mulai diputar, dan larut dalam kisah Jack Traven, si detektif LAPD yang berjibaku menghadapi ancaman bom dari teroris. Memang benar cerita orang-orang, bahwa nonton film di sini memberikan sensasi yang berbeda. Lebih seru!
having fun |
Oh iya, ada kejadian heboh di tengah-tengah penayangan film. Seorang penonton di sebelah kursi Lisa mendadak jatuh ke lantai dan kejang-kejang, sampai mulutnya berbuih gitu. Tak lama, dua petugas bioskop mengecek kondisi orang tersebut, dan mengevakuasinya dengan semacam tandu. Mungkinkah orang itu punya epilepsi dan mendadak muncul serangan kejang gara-gara nggak kuat nonton film action? Entahlah...
Pokoknya, sepanjang perjalanan pulang, kami bertiga nggak berenti-berenti nyerocos tentang Speed dan penonton misterius yang kejang tadi.
Sesampainya di rumah, euforia saya lenyap seketika. Mama sudah menunggu saya dengan tatapan mematikan. Tatapan yang hanya muncul saat beliau marah besar karena ulah anak-anaknya. Saya langsung tahu saat itu, kebohongan saya sudah terbongkar.
Tanpa basa-basi, Mama langsung cerita bahwa tadi sore mama teman saya menelepon dan menanyakan soal saya pergi ke bioskop, apa sudah minta izin. Mama kaget waktu tahu saya nekat berangkat nonton padahal nggak diizinkan. Mama lanjut memarahi saya habis-habisan tentang pentingnya kejujuran dan menjaga kepercayaan orangtua, juga tentang perlunya berperilaku hidup hemat.
Amanat yang panjang lebar tinggi dan luas itu diakhiri dengan ultimatum, “Nggak boleh bohong sama orangtua. Dosa!”
Mulai hari itu juga saya kapok jadi anak bandel.
Saya heran juga. Beberapa teman saya yang badung seringkali berbohong pada orangtuanya. Misalnya menghabiskan uang, yang mestinya dibayar untuk biaya sekolah, malah untuk beli komik atau main ding-dong di mal. Mereka santai-santai aja tuh belum pernah ketahuan.
Sedangkan saya, yang seumur-umur patuh sama orangtua, sekalinya bangor malah langsung tertangkap basah. Tuhan langsung memberi teguran hari itu juga, kontan! Hahaha, mungkin itu karena Tuhan sayang sama saya ya.. Begitu saya bandel dan melenceng dari jalan yang benar, Dia langsung mengingatkan saya. Mungkin saya memang sudah ditakdirkan untuk menjadi anak yang selalu berbakti pada orangtua. Hihihi.
Semoga saja begitu. ^____^
*
hihi.. film pertama yang aku tonton sih Power Ranger :-"
BalasHapushoo..Power rangers the movie ya?hehe..kalo aku lebih suka versi jadul The Goggle Five,jaman masih TK dulu :)))
Hapuswaduh, itu yang bikin seru yang mendadak ada penonton kejang2 sampe multnya berbuih... :| btw, aku juga gk pernah sukses bohong sama mamaku...hihihihihih....
BalasHapusmakasih ya udah ikutan #GABlogEmakGaoel...
kamu dapat nomor urut 13, tunggu pengumumannya tanggal 4 agustus ya... :)
film pertamaku saur sepuh, ahahaha masih ingat brama kumbara beraksi bersama mantili dan lasmini. Ruri kamu keren amat nonton film langsung film barat :))
BalasHapus