Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Rabu, 31 Desember 2014

Ke Kota Tua


Libur akhir tahun berbarengan dengan liburan sekolah. Itulah sebabnya tempat-tempat wisata di Jakarta disesaki pengunjung, yang meningkat berkali-kali lipat dibanding saat libur biasa. 

Hari Minggu kemarin Mama minta diajak ke Kota Tua. Kebetulan di rumah sedang ada kerabat dari jauh yang menginap. Jadilah kami berempat berangkat naik Commuter Line dari stasiun Cakung menuju stasiun Jakarta Kota. Sepanjang perjalanan menuju Kota Tua, kereta ramai penumpang. Para orangtua mengajak anak-anaknya pelesir. Anak-anak remaja pergi bersama untuk jalan-jalan. Stasiun Jakarta Kota dipadati manusia yang mengantre tiket kereta. Kota Tua memang salah satu tempat wisata sejarah favorit di Ibukota, karena banyak museum yang bisa dikunjung, mulai dari Museum Bank Indonesia, Museum Gajah, Museum Wayang, sampai Museum Fatahillah. Bisa dijangkau dengan moda transportasi umum bus Trans Jakarta, kereta Commuter Line mau pun angkot/ bus trayek. Murah meriah pula; harga tiket masuk museum tak mahal, rata-rata di bawah IDR 10.000. Museum Bank Indonesia bahkan tidak memungut biaya tiket sama sekali lho.

Di Kota Tua, kami hanya sempat mengunjungi dua tempat, Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia. Saya sempat agak kaget dengan beberapa hal yang tak saya temukan terakhir kali saya ke sana..bertahun-tahun lalu. Hehehe. Udah lama ternyata ya.

Pertama, pengunjung jauh bertambah, sehingga agak kurang nyaman saat kami berada di museum. Tidak begitu leluasa berfoto, tidak bisa berlama-lama mengamati berbagai objek yang dipamerkan karena di belakang kami sudah banyak yang mengantre. Di Museum BI malah pengunjung mesti antre 10-15 menit untuk masuk karena di dalam sudah terlalu banyak pengunjung. Pengunjung yang ingin masuk harus menunggu rombongan sebelumnya keluar.

Kedua, ada perubahan pada beberapa bagian museum. Misalnya, Museum BI menambahkan titik pamer yang menjelaskan secara rinci masa krisis moneter yang terjadi mulai tahun 1997. Biasanya ada pemutaran film sejarah di ruang audio visual (bagian kesukaan saya!), namun sayang sekali kemarin tidak ada kegiatan apa-apa. Ruang itu sekedar menjadi tempat melintas para pengunjung menuju ruang pamer berikutnya. Jejeran bangku tempat kita duduk untuk menonton film dipasangi tulisan "Dilarang Duduk di Sini". Sebetulnya penasaran ingin bertanya pada petugas museum tentang ketiadaan pemutaran film ini, tapi saya lupa. Mungkin karena kemarin itu pengunjungnya membludak ya, jadi akan makan waktu terlalu lama kalau ada pemutaran film yang durasinya sekitar 20 menit. Kasihan pengunjung yang masih mengantre di luar kalau terlalu lama menunggu.

Di sepanjang teras lobi Museum Bank Mandiri juga kini disediakan meja dan kursi untuk tempat pengunjung makan/ minum atau sekedar beristirahat sejenak usai berkeliling museum. Eh, ada abang penjual kerak telor juga lho di lobi! Nyam-nyam. Kerak telor adalah makanan khas Betawi yang sekarang sudah sulit didapat soalnya jarang yang jual. Biasanya, makanan gurih yang terbuat dari ketan dan telur ini baru bisa dijumpai pada momen-momen spesial di Jakarta, misalnya pada event Pekan Raya Jakarta atau perayaan ulang tahun Jakarta.

Lobi Museum Bank Mandiri

Abang kerak telor di lobi museum
Saat kami kembali ke stasiun Jakarta Kota, banyak sekali orang berjubel di sana. Antreannya luar biasa panjang, baik itu di loket pembelian tiket ekonomi lokal, Commuter Line, maupun keluar-masuk penumpang. Kasihan para lansia dan anak-anak yang harus tertahan lama dalam antrean yang penuh sesak. Saya sendiri butuh waktu hampir satu jam untuk beli tiket Commuter Line untuk Mama dan dua sepupu saya (saya sendiri sudah punya kartu Flazz BCA)! Pengaturan antrean tidak rapi, banyak penumpang yang bingung harus mengantre di barisan mana karena tidak ada tanda/ petunjuk yang jelas. Saya harap PT. KAI mau memperbaiki hal ini, terutama di hari-hari libur.. Tahu dong ya jumlah pengguna kereta pastinya melonjak.

Banyak sudut-sudut keren yang bisa dijadikan tempat berfoto, jadi saya sengaja membawa tongsis dari rumah. Sayang fitur bluetooth-nya kok error ya jadi cuma bisa difungsikan secara manual :( Ini dia hasil jepretan galah jambu.. eh, tongsis. ;D

Di brankas bawah tanah Museum Bank Mandiri
New photo spot! Dulu cuma bisa pose begini di uang 10ribuan

Halaman tengah Museum BI nan megah
Suka deh sama desain atap lobi Museum BI ini

8 komentar:

  1. Saya lagi pengen banget berkunjung ke Kota Tua. Ternyata sepertinya bakal agak gak nyaman ya, berhubung lagi membludak pengunjungnya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Usahakan sampe Kota Tua masih pagi mbak, mudah2an belum terlalu rame. Kemarin saya sampe sana sudah jam 11.00 -_-

      Hapus
  2. baru beberapa minggu lalu saya ke sana dengan busway. itu museumnya yg dijadiin tempat shooting film comic 8 kan? saya suka waktu bersepeda di dekat museum wayang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, iya betul Comic 8. Saya malah belum pernah naik sepeda keliling kota tua. Lain kali nyoba ah :D

      Hapus
  3. Dulu pas balik ke Kuningan sempet sih diajak buat maen kesini. Tapi sayang cuman sehari aja di Jakarta :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang ya. Lain kali main ke Kota Tua dong kalo ke Jakarta :)

      Hapus
  4. Waaahhh... pengen deh ke Kota Tua. Dah lama ngga ke sana. Penasaran perbedaannyaaa termasuk itu foto di duit gocap :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha.. iya mbak Una, ngantrenya lumayan rame lho waktu mau foto di duit gocap :D

      Hapus

Terima kasih untuk komentarnya :)