Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Sabtu, 26 Juli 2014

18 Tahun Merindu

TPU Pondok Ranggon
Kemarin saya, suami saya dan Mama berziarah ke TPU Pondok Ranggon, Kranggan. Kami ziarah ke sini 2-3 kali dalam setahun. Di sini ada makam Bapak dan kakak sulung saya. Seperti biasa, kami membacakan Al Qur'an surat Al Fatihah dan Yaasiin, lanjut mendoakan Bapak dan kakak supaya diampuni semua dosanya dan kelak kami sekeluarga bisa berkumpul lagi di surga Allah. Aamiin.

Bapak wafat pada saat saya masih kelas dua SMP. Saya masih ingat sekali tanggalnya, 26 Desember 1996. Bapak memang sudah lama terkena sirosis hati, bahkan dokter sudah menasehati kami keluarga supaya Bapak lebih baik menghabiskan kemungkinan "waktu yang tersisa" di rumah. Di tengah orang-orang yang dicinta dan mencintainya. Alhamdulillah, kami semua ada di dekatnya waktu Bapak menghembuskan nafas terakhir.

Saya mengingat Bapak sebagai sosok yang rajin, pendiam dan bicara seperlunya. Lebih suka mengerjakan sendiri apa-apa yang bisa dia kerjakan ketimbang berteriak memerintah kami, anak-anaknya. Bahkan sekedar untuk mengambilkan air minum atau pergi ke warung membeli sesuatu. Katanya, Nabi Muhammad yang mulia saja biasa kok menambal terompah sendiri, ngga pake nyuruh orang lain.

Bapak juga selalu jadi tempat saya bertanya kalau ada pelajaran atau pe-er yang susah :) Yang paling bikin saya kagum adalah, Bapak itu sabaaar banget. Baik terhadap Mama, juga terhadap kami anak-anaknya. Seumur hidupnya Bapak tidak pernah sekali pun marah sampai berteriak atau melontarkan kata-kata kasar. Mungkin karena itu kami malah segan dan ngga berani kurang ajar sama Bapak. Katanya, marahnya orang sabar itu lebih menakutkan ketimbang marahnya orang yang biasa ngomel. Karena orang sabar baru bisa dibuat marah oleh hal yang memang keterlaluan menjengkelkan. Cukup satu tatapan matanya yang tajam, cukup satu kalimat teguran darinya, saya segan dan tidak berani membantah lagi.

Dari waktu ke waktu, saya memikirkan Bapak. Menduga-duga obrolan ayah-anak macam apa ya, yang bakal kami alami, andai dia masih ada hari ini? Apa kira-kira komentarnya soal lelaki yang saya pilih jadi pendamping hidup? Bagaimana reaksinya saat mencicipi sambal terasi buatan saya? Siapa ya capres Indonesia yang bakal dia pilih? Haha.. Sebetulnya saya masih punya banyak pertanyaan "ngga penting" seperti ini. Sekedar bentuk rasa kangen saya pada sosok Bapak, setelah 18 tahun kepergiannya.

Yang terpenting, semoga Bapak selalu beristirahat dengan damai di alam sana. Mudah-mudahan segala doa dan cinta yang kami bisikkan sampai padanya. Jaga dia, ya Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentarnya :)