Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Sabtu, 15 Desember 2012

(Book Review) Cerita Sahabat

>>>Repost tulisan lama ;)


Judul      : Cerita Sahabat 
Penulis   : Alberthiene Endah, dkk
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal      : 336 halaman
ISBN      : 978-979-22-7696-1

Jujur saja, saya agak jenuh dengan fiksi cinta yang biasanya penuh bunga dan berakhir happily ever after. Bahkan bagi seorang melankolis yang suka drama happy ending seperti saya, kelihatan banget bahwa itu too good to be true. Di alam realita, ngga seperti itu kan? 

Kalau boleh berkomentar (ya bolehlah, ini kan blog saya.. hehehe), saya cukup salut dengan keberanian penulis-penulis Cerita Sahabat untuk mengangkat beberapa isu yang sering dianggap janggal dan tabu dalam cinta. Seperti perbincangan akrab dua orang sahabat, cerita-cerita di dalamnya mengalir jujur, tanpa gombal, dan pastinya menelanjangi cinta dari banyak sisi, termasuk sisi gelapnya.  Sisi yang boleh saja tidak kita sukai tapi nyata terjadi. Jadi, jangan harap bisa menemukan banyak cerita dengan akhir bahagia deh...


Contohnya, cinta sementara. Betapa Andes dan Zee bisa begitu ringannya mempermainkan cinta dalam cerpen Aku Mau Putus. Atau betapa rapuh dan fananya cinta di cerpen Jejak Pelangi"Cinta itu seperti pelangi. Ada, indah, tapi tak bisa kau miliki selamanya. Kamu hanya bisa memandanginya. Menikmatinya. Saat ini. Tapi tak ada jaminan untuk esok hari."

Pengkhianatan, menjadi akar cerita dalam cerpen Pengakuan. Saya sama sekali ngga nyangka, di balik kehidupan rumah tangga pasangan Hagi dan Dina yang bertahun-tahun kelihatan ayem tentrem, ternyata ada luka, yang tak akan pulih hanya dengan menutupinya, menguburnya. Luka yang cuma bisa disembuhkan dengan kejujuran dan pemberian maaf. 

Beberapa cerpen menarik lainnya membawa isu transgender dan cinta sesama jenis. Aurora, misalnya, berkisah tentang hubungan cinta antara Aurora--waria yang tunarungu namun punya kekuatan menyembuhkan dan Prada--lelaki yang menerima Aurora apa adanya, di tengah cercaan dan penolakan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan cerpen Cateutan Akika Jilid Dua, Yuk Mari yang dituturkan dalam bentuk buku harian, membeberkan tentang cinta, pengkhianatan dan balas dendam dari sudut pandang seorang waria. Senada dengan tema di atas, cerpen Untung Ada Tyas menceritakan kebimbangan hati Melody, antara memilih Reno--laki-laki pertama yang disukainya dan Tyas--sahabat setianya sejak kecil yang ternyata seorang lesbian dan mencintai Melody.  

Banyak hal unik dalam buku ini, dan saya ngga menyesal sudah membacanya. Tapi, ada beberapa hal juga yang saya sama sekali tidak setuju.

Love, easy come easy go.

Halooo? Love is definitely not a game. Bukan permainan yang bisa kita mainkan seharian saat keranjingan lalu diabaikan setelah bosan. Bukan sekedar suka-sama-suka-lalu-jalan-bareng-kalo-udah-jenuh-ya-selamat-tinggal. Buat saya, cinta itu hadiah dari Tuhan, yang butuh usaha untuk mempertahankannya. Butuh komitmen untuk menjaganya agar tidak pudar. Love is something  you have to earn and keep with efforts. 

Tapi faktanya, memang tak semua cinta itu tulus dan tak semua pecinta itu setia. Di dunia nyata, suka atau tidak, orang-orang seperti Andes dan Zee memang ada kan? *nyengir*

Straight or not straight.

Jujur, sebagaimana ajaran agama yang saya anut, saya pun menentang cinta sesama jenis dan transgender. Jenis kelamin, gender dan orientasi seks bukanlah item di mana kita boleh sesukanya memilih, dengan dalih hak asasi manusia. Maaf ya untuk para pembaca yang mendukung kebebasan gender dan orientasi seks... Saya sama sekali tidak bermaksud merendahkan orang lain hanya karena dia lesbian, gay atau transgender; apalagi bermaksud menganggap  saya lebih baik dari orang lain hanya karena saya seorang perempuan straightHell no!

Lesbian, gay dan transgender sama-sama manusia seperti saya dan orang-orang straight lainnya, maka layak untuk dihargai sebagai manusia. Kalau ada sahabat atau keluarga yang kita cintai memilih begitu, mengucilkan dan mencemooh gender atau orientasi seksnya sama sekali bukan cara yang bagus untuk menunjukkan kepedulian kita. Menurut saya, kita mestinya justru mengingatkannya dengan santun bahwa pilihan itu salah. Salah menurut Tuhan Sang Pencipta, bukan salah menurut saya. Dan bahwa meskipun sangat sulit, kita dan dia--bersama bisa mencoba memperbaikinya.

Kalaupun pada akhirnya ia tetap pada pendiriannya untuk menjadi lesbian, gay ataupun transgender, ya sudah. Biarkan ia memilih, dan menerima apapun konsekuensinya. It's his/her life anyway. Yang tersisa yang bisa kita lakukan adalah, tetap menyayanginya. 

Di luar semua itu, yang membuat Cerita Sahabat beda dari kisah cinta lainnya menurut saya adalah tema-tema yang unik dan kontroversial. Singkatnya:

"Menyuarakan cinta dalam banyak sisi."

Petikan frase di sampul buku inilah yang awalnya bikin saya tertarik untuk menebak-nebak. Berspekulasi, "Kayaknya ini buku bagus deh!" dan akhirnya menggondol pulang buku ini dari raknya di toko. Setelah selesai membacanya, ternyata petikan frase itu ngga bohong, dan spekulasi saya benar. :)

*


Resensi ini disertakan dalam "2012 End of Year Book Contest"

Photobucket

4 komentar:

  1. Banyak review bagus tentang buku ini..
    Ternyata memang banyak pesan moral yg bagus ya..
    Nice review mba Ruri..

    Makasih uda berpartisipasi di 2012 End of Year Book Contest.

    Ditunggu review2 lainnya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih sudah mampir, mbak Oky. Salam kenal ;-*

      Hapus
  2. review yg keren banget mba,..seolah saya membaca nya dan ingin melengkapi dgn membeli bukunya :)

    sukses ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks mbak Irma ^^ it's a nice book, indeed.

      Hapus

Terima kasih untuk komentarnya :)