Selasa, 22 November 2011
Haipe Eids Itu Apa, Bu?
Jakarta - DKI Jakarta
“Haipe eids itu teh apa, Bu?”
Perempuan itu, sebut saja dia Ais, bertanya pada teman saya, seorang petugas kesehatan yang hendak mengambil sampel darah Ais. Seperti banyak pekerja seks komersial di area lokalisasi pinggiran Jakarta itu, usianya masih belia, 16 tahun. Sebelumnya Ais sekolah sampai kelas dua SMP, lalu berhenti karena orangtuanya tak sanggup membiayai. Ia baru setahun tinggal di Jakarta dan menjalani profesi tersebut, diajak familinya yang juga berprofesi serupa.
“Lho, memangnya tadi belum dijelasin sama pewawancara?” Sebelum diambil dan diperiksa sampel darahnya, Ais dan teman-teman terlebih dulu diberi penjelasan dan diwawancarai seputar perilaku yang beresiko menyebabkan infeksi HIV.
“Udah Bu, tapi Ais mah bingung ah.”
Tak cuma Ais, banyak pula teman-teman ‘sejawat’nya yang ternyata belum tahu apa itu HIV/AIDS, apalagi rupa-rupa infeksi menular seksual lainnya. Mereka hanya tahu, resiko terbesar yang mereka mungkin alami adalah hamil. Pencegahannya, cukup minum jamu pelancar haid dan minta para pelanggan mengenakan kondom. Cara kedua pun sering urung dilakukan.
“Biasanya mah pelanggan nggak suka pake kondom, Bu. Mana enak, katanya.” Ais bercerita.
Sungguh miris, perempuan-perempuan muda ini tidak menyadari bahaya yang menghantui di balik perilaku berganti-ganti pasangan seks. Mungkin, saat itulah kali pertama mereka mendengar tentang HIV/AIDS. Human Immunodefficiency Virus, Acquired Immunodefficiency Syndrome, adalah kata-kata antah berantah yang tak mereka pahami.
“HIV itu nama virus, yang merusak kekebalan tubuh kita. Akibatnya tubuh yang diserang jadi lemah. Kena penyakit ringan saja gejalanya bisa parah. Nah kalau infeksi HIV sudah berat, timbul gejala-gejala yang disebut AIDS.”
Ais dan teman-temannya mengangguk-angguk, semoga saja karena mereka memang mengerti semua materi yang disampaikan. Bahwa ada hal-hal yang jauh lebih buruk dari kehamilan yang dapat terjadi pada mereka. Bahwa infeksi HIV mengancam mereka kapan saja, entah melalui pelanggan yang mana. Bahwa kondom tidak bisa menjamin seratus persen virus itu tak akan mampu menembus barier pertahanan tubuh mereka. Bahwa satu-satunya cara teraman menghindarinya adalah dengan menghindari perilaku-perilaku yang meningkatkan resiko terinfeksi HIV.
“Ih, udah atuh Bu, jangan seram-seram ceritanya,” Ais sedikit bergidik, mulai mendapat gambaran tentang HIV/AIDS.
Sayangnya itu bukan sekedar cerita horor. HIV/AIDS nyata adanya.
“Makanya Ais jangan kerja begini terus ya. Nggak aman.”
Ais tertegun. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
Menurut saya, edukasi mengenai HIV/AIDS melalui iklan-iklan di televisi atau baliho di tepi jalan utama kota saja tidak cukup. Orang-orang semacam Ais memerlukan penjelasan yang lebih mendetail, lebih membumi, dengan bahasa sederhana yang dapat mereka pahami. Penyuluhan dengan sistem ‘jemput bola’ yaitu dengan mengunjungi langsung komunitas dengan perilaku beresiko HIV/AIDS masih sangat dibutuhkan.
Memang, survei dan penyuluhan hari itu ke tempat Ais tidak membuatnya dan teman-temannya langsung berhenti dari pekerjaannya di dunia malam. Ais pun saat itu terburu-buru pamit sebelum penyuluhan selesai. “Punten, Bu, Ais dipanggil sama Mamih.. Udah ditunggu pelanggan!”
Untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS, penyuluhan satu kali saja tak akan cukup. Juga tak cukup hanya mengandalkan peran pemerintah atau LSM peduli HIV/AIDS. Kita harus ambil bagian dalam mensosialisasikan HIV/AIDS, siapapun kita, apapun profesi kita. Jika Anda seorang ibu rumah tangga, ajari buah hati Anda tentang reproduksi sehat. Jika Anda seorang blogger, sampaikan apa yang Anda ketahui tentang HIV/AIDS melalui tulisan agar dibaca masyarakat luas. Jika Anda seorang ODHA, berbagilah pengetahuan dan pengalaman Anda.
Makin banyak orang yang tahu tentang HIV/AIDS, makin terbangun kewaspadaan mereka untuk menghindari perilaku beresiko. Semoga, makin banyak pula kasus penularan baru yang bisa dicegah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Konten ini sudah di muat di vivanews dengan alamat:
BalasHapushttp://ureport.vivanews.com/news/read/266058-minimnya-pengetahuan-tentang-hiv-aids
trim's
Kami dari Admin GoVlog, perlu meminta data diri Anda yang mengikuti GoVlog AIDS. Data diri ini kami pergunakan untuk pemberitahuan jika Anda terpilih menjadi 10 besar.
BalasHapusNama Lengkap:
Jenis Kelamin:
No tlp/HP (yang bisa dihubungi):
Email:
Yahoo Messenger:
Alamat lengkap:
Pekerjaan:
Link posting Blog GoVlog AIDS:
Mohon data diri Anda dikirim ke email tommy.adi@vivanews.com
Terimakasih