Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Minggu, 15 Juni 2014

(Book Review) Everlasting


Judul       :  Everlasting 
Penulis    : Ayu Gabriel
Penerbit  :  Stiletto Book
Tebal       :  323 halaman

Kayla Ilyas diam-diam naksir Aidan, bosnya di kantor. Meski sebelas tahun lebih tua umurnya, tapi Aidan keren dan berkharisma. Ngga heran, Kayla punya segudang saingan yang mungkin bakal rela saling jambak untuk bisa mendapatkan perhatian Aidan. Haha. 

Kamu harus melihat bagaimana kegilaan para perempuan lajang di kantorku yang sudah memasuki dekade ketiga usia mereka dan menjadikan satu-satunya misi hidup mereka adalah mencari suami. Mereka menatap Aidan dengan semacam kebuasan di mata-mata ber-eyeliner tebal ini.

Sebetulnya Kayla sendiri bukan tipe perempuan yang berani bertindak untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Di awal-awal cerita, Kayla digambarkan sudah cukup puas mengagumi Aidan dari jauh dan sekedar menulis hal-hal yang disukainya dari Aidan di sebuah buku catatan pribadi. Dalam kehidupan kerjanya di kantor, Kayla juga cenderung pasif dan enggan bersaing. 

Hingga suatu hari dalam rapat brainstorming, Kayla tanpa sengaja nyeletuk ide, yang tanpa disangka, ternyata dianggap menarik oleh Aidan. Kayla bekerja keras menggarap proyek berdasarkan ide itu, dan menganggap ini kesempatan baik untuk menarik perhatian Aidan padanya. Usaha Kayla ini sering disabotase Jessica, perempuan ambisius sekaligus penggoda, yang mengandalkan penampilan seksinya untuk memikat Aidan. Mulai dari sini, Kayla berubah jadi lebih berani mengungkapkan pendapat, dan lebih gigih berjuang mencapai keinginannya. Termasuk soal bersaing merebut hati Aidan. Demi Aidan, Kayla bela-belain mengubah gaya rambut, berusaha menyamakan selera musiknya dengan Aidan, bahkan membuat tato di tubuhnya. 

Yang stupid dan bikin ngakak adalah, setelah capek-capek menanggung nyeri ditato, Kayla baru sadar kalau letak tatonya terlalu tersembunyi untuk bisa dilihat Aidan atau siapapun juga. Trus apa gunanya coba? Hihi. 

Setelah pengorbanan sedemikian rupa, Kayla masih harus patah hati gara-gara bosnya itu. Saat itulah Dylan Sasongko mulai jadi teman yang baik dan mengisi hari-harinya dengan penghiburan. Keluarga Dylan dan keluarga Kayla dulu adalah tetangga saling akrabnya seperti keluarga sendiri. Sayang, Dylan sekeluarga harus pindah keluar kota. Setelah sepuluh tahun, mereka kembali lagi. Kedua keluarga segera saja kembali dekat seperti dulu dan sering saling mengunjungi. Kedekatan antara dua keluarga ini menciptakan banyak kesempatan bagi Kayla dan Dylan untuk bertemu. 

Entah kenapa Kayla sama sekali ngga ingat tentang Dylan dan keluarganya, padahal Dylan punya banyak cerita tentang masa kecil yang mereka habiskan berdua. Mulai dari yang memalukan...

"Kamu dulu suka merusak mainanku."

Sampe yang lebih memalukan lagi...

"Apa kamu masih suka tidur sambil mengisap jempol?"

Dylan dan keluarganya selalu tampak sedih dan kecewa tiap kali menyadari bahwa Kayla betul-betul tidak mengingat satu pun hal yang mereka ceritakan.

Aku terdiam, berusaha mencari keping-keping ingatan yang memuat tentang keluarga Sasongko ini, yang tercecer entah di mana. Semestinya ada di suatu tempat di kepalaku.

Ada apa dengan ingatanku? Sepertinya aku menghapus satu folder besar yang berisi semua hal tentang Dylan Sasongko.

Tapi kenapa?

Ini teka-teki yang baru akan kita tahu jawabannya di akhir cerita...

Saya suka sweet chemistry antara Kayla dan Dylan. Apalagi saat-saat Dylan ngerjain Kayla, kocak. Oh, juga saat-saat ketika Kayla terus menanyai Dylan tentang siapa perempuan misterius yang Dylan kagumi, dan Dylan bingung gimana menjawabnya, karena sesungguhnya perempuan itu adalah Kayla sendiri. Out of topic: pertemuan mereka yang banyak terjadi di restoran atau acara makan-makan entah kenapa bikin saya lapar. Hehe.

Tokoh Dylan memang adorable untuk jadi tokoh utama ya. Setelah pisah bertahun-tahun, bahkan dilupakan, Dylan masih setia pada cinta pertamanya. Tapi ada satu hal yang sedikit mengganggu. Momen-momen intim Kayla bersama Dylan bertaburan di sana sini, sementara adegan-adegan crush (meski bertepuk sebelah tangan) yang personal antara Kayla dan Aidan nyaris tak ada. 

Selain itu, sosok Dylan diekspos sekali sampai ke detil-detilnya, secara fisik maupun karakter. Sedangkan Aidan hanya dibahas 'secukupnya', sehingga karakternya seolah tenggelam dalam cerita. Saya bertanya-tanya, mana nih adegan-adegan yang menunjukkan bahwa Aidan memang keren, ulet, dewasa, dan sebagainya sehingga bisa bikin Kayla mabuk kepayang?

Rasanya kurang adil aja, seolah-olah pengarangnya sejak awal pilih kasih sama Dylan, dan melupakan Aidan yang mestinya jadi rival berat Dylan dalam merebut hati Kayla. 

2 komentar:

Terima kasih untuk komentarnya :)