Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Jumat, 28 Februari 2014

Three Types of Taxi Drivers You Don't Wanna Meet On the Street

Tiga tipe supir taksi yang ngeselin:

Pertama, kurang menjaga kenyamanan taksinya sendiri. Beberapa kali dapat taksi yang bau rokok dan banyak nyamuknya. Euh... Biasanya saya cuma ngedumel dalam hati sih. Paling-paling waktu turun ngasih ongkos ngepas sesuai argo saja, tanpa tip.

Kedua, tidak tahu jalan. Berkali-kali apes dapat supir taksi yang masih newbie di Jakarta. Padahal saya ini tipe orang yang "buta arah" dan tidak banyak terbantu oleh Google Map. Selama ini saya lebih mengandalkan cara saya sendiri: tanya arah sama orang-orang di jalan, "Permisi... Kalau mau ke gedung X, ke arah mana ya?" Nanti kalau di tengah perjalanan bingung, ya tanya orang lain lagi. Begitu seterusnya sampai saya berhasil menemukan tempat yang dicari.  Hehehe.

Kedua, tahu jalan dan memanfaatkan penumpang yang tidak tahu jalan. Pernah dulu mengejar waktu ke bandara Soekarno-Hatta. Saya yang biasanya naik bus Damri ke bandara, memutuskan naik taksi dari rumah. Supir membawa saya lewat jalur tol, yang rasanya kok jauh banget ya, tapi karena hari masih pagi gelap dan jalanan masih lancar, saya bisa cepat sampai tujuan. Ongkosnya sampai dua ratus ribuan belum termasuk ongkos tol. Lain hari, waktu naik taksi lagi ke bandara, ternyata cuma habis seratus ribuan tuh. Begitulah, ternyata saya dibawa berputar-putar di jalan tol supaya ongkos yang saya bayarkan lebih mahal.

Untuk mengantisipasi supir taksi ngeselin nomor 1 dan 2, saya lebih suka naik kendaraan umum ke tempat yang belum saya kenal betul rutenya. Atau, culik seseorang yang hapal jalan untuk mengantar saya (biasanya suami sih :p). Haha.

Ketiga, asal tembak tarif mahal tanpa menyalakan argometer. Karena itulah, sebelum naik ke dalam taksi, pastikan pembayaran memakai sistem argometer. Terutama untuk taksi yang namanya kurang familiar, jangan sungkan untuk bertanya, "Taksinya pakai argo, nggak, Pak?" Kalaupun tidak memakai argometer, lakukan tawar menawar dulu sampai tercapai tarif yang disepakati.

Bagaimana dengan oknum curang yang mengakali argometer sehingga angka tarif cepat sekali bertambah? Saya ngga tahu juga deh gimana membuktikan kecurangan seperti ini. Kalau sampai ketemu yang begini, saya berdoa aja deh semoga uang saya yang dicurangi akan diganti dengan rezeki yang lebih baik olehNya. :)

Baru-baru ini saya menemukan supir ngeselin nomor 3 di Bandung. Malam itu weekend. Jalanan Bandung ramai dan agak sulit mencari taksi yang biasa kami naiki. Jadi, saya dan ketiga teman seperjalanan oke aja waktu dapat taksi yang satu ini, nama taksinya P*t*a. Kami berangkat dari jalan Cihampelas menuju Dago Atas. Selama perjalanan, saya sedang asyik bertelepon, sementara teman-teman saya ngobrol seru.

Setelah lumayan jauh jarak yang kami tempuh, teman saya baru sadar bahwa argometer masih menunjukkan angka nol, dan protes pada supir, "Pak! Kok argonya dari tadi ngga jalan sih?"

Pak supir tampak (pura-pura) kaget dan berdalih, "Waduh, saya lupa nyalain argo, Bu."

Hellooo. Is that the best lie you can do?? Tentu kami tidak percaya sama sekali. Lelaki setengah baya itu jelas bukan supir taksi kemarin sore. Dia hafal jalan dan lancar bahasa setempat. Apalagi, tak lama kemudian dia langsung melontarkan tarif asal-asalan, "Lima puluh ribu aja lah, Bu."

"Ah masa sih lupa?"

"Kalo memang ngga mau pake argo, bilang dong dari awal Pak."

Setelah menggerutu panjang pendek, kami memutuskan untuk putar balik dan minta diantar kembali ke Cihampelas. Sejak memutar balik, barulah si supir taksi menyalakan argometer. Saat kami turun di Ciwalk, argo menunjukkan angka 25000. Kami menyodorkan uang lima puluh ribu rupiah. Tentunya kurang, bila dihitung perjalanan bolak-balik tadi. Tapi karena dicurangi saat berangkat, kami hitung asal saja 25000 x 2 (perjalanan PP).

"Gimana, Pak? Cukup segini?"

Si supir menghela napas, "Ya sudahlah, Bu, ngga apa-apa."

"Ya jelas ngga apa-apa lah Pak, kan tadi argonya ngga dinyalain sama Bapak. Oke. Makasih yaaa."

Impas dah sama-sama dikerjain. Hehe.

2 komentar:

  1. hehe, aku juga paling sebel sama sopir taksi yang pura2 pasang argo, atau yg lebih nyebelin lagi yg mangkal depan mall main tembak dengan alasan udah mangkal lama -_-"

    BalasHapus
  2. iya tuh. Apa mending nge-bajaj aja ya, Ndi? Tawar menawar sampe puas, & ngga pake dibawa keliling2 demi naikin argo :))

    BalasHapus

Terima kasih untuk komentarnya :)