Sudah baca cerita sebelumnya? Ini
dia: Cintaku Mentok di Kamu
Siempre que te progunto
Que, cuándo, cómo y dóndeTú siempre me respondes
Quizás, quizás , quizás
Aku bersenandung mengikuti nada-nada
yang mengalun dari gramofon, sementara Antares duduk santai di sofa panjang
dekat jendela. Dia asyik dengan jurnal neurologi terbaru di tangannya, sesekali
mengangkat wajahnya dan tersenyum pada kami.
Kami? Ya, padaku dan bayi mungil
dalam pelukanku.
“Jadi, apa kamu sudah memutuskan
nama untuk jagoan kita?” tanyanya sambil menutup jurnal itu.
Aku menggigit bibirku, bimbang
sejenak. “Belum,” dustaku, “belum ketemu yang cocok, Res.”
Setelah keributan di rumah sakit
waktu itu, hari-hari berlalu dengan damai. Kami memutuskan untuk tidak lagi menginjakkan
kaki di sana dan mengambil resiko bertemu lagi dengan Bahtiar. Antares
membawaku ke rumah sakit lain, di mana dokter kandungan yang selama ini kami
datangi berpraktik pula di sana. Dokter itu dulu senior Antares di universitas.
Dokter itu pula yang menolong persalinanku seminggu yang lalu.
Hatiku diluapi kebahagiaan menyambut
hadirnya putra pertama. Satu-satunya yang menggoyahkan perasaan gegap gempitaku
ini adalah sambutan mertuaku yang dingin tempo hari, saat Antares dan aku
pulang dari rumah sakit, membawa seorang cucu baginya.
“Tiga kilogram? Syukurlah, Ambar,
bayimu sehat... Ah, tapi bagaimana ya kalau ada tetangga yang tanya, ‘lahir prematur kok beratnya tiga kilo’?
Ibu jawab apa...”
“Ibu!” tegur Antares tajam, marah
dan rikuh, “Ya Ibu bilang saja, aku
menghamili Ambar sebelum kami menikah. Atau lebih baik lagi, Ibu jawab saja ini
bukan urusan mereka!”
“Kamu tahu lagu ini tentang apa?”
Tiba-tiba Antares sudah berdiri
di sisiku. Dia mengambil alih bayiku ke dalam lindungan lengannya yang kokoh, lalu
tersenyum mengamati wajah pulasnya.
“Sebenarnya, aku tidak hapal
lirik lagu ini... Juga tidak tahu apa artinya,” jawabku.
“Kamu tahu, Ambar,” tatapan Antares
terasa sedikit mengejekku, “lagu ini sebenarnya menyindirmu.”
Antares menyanyikan penggalan
lagu yang tadi kudengar, lalu memberitahuku artinya dalam bahasa Inggris.
“I’m always asking you if you love me.
What, when, where? How will I know?You always answer me
Maybe, maybe, maybe.”
Aku menciut dalam rasa bersalah. Kualihkan pandanganku pada bayi
yang terlelap dalam gendongannya. Wajah bayi itu sedikit mirip denganku, dan...
lebih banyak mirip ayahnya. Matanya, bibirnya, mengingatkanku pada Bahtiar.
“Aku tahu kamu tidak mencintaiku
saat kita menikah. Belum, pikirku waktu itu. Aku harus bersabar sambil berusaha
mengenyahkan lelaki itu dari hatimu, dan menggantikan posisinya di sana... Tapi
kadang-kadang aku hilang kesabaran,” katanya murung.
“Bukankah sudah kubilang, Res,”
aku membela diri, berusaha menutupi rasa bersalahku, “suatu saat nanti...”
“Suatu saat nanti cintamu akan
pergi darinya dan berhenti di diriku?” Antares melanjutkan apa yang tadi hendak
kuucapkan, “When? Where? How will I know,
Ambar? You always answer me ‘maybe’.”
Tap! Antares menembakkan sebaris
lirik lagu itu tepat sasaran. Aku tertohok.
Seolah itu belum cukup, Antares
menggoyang-goyangkan lengannya, membuai bayi kami sambil menyanyikan sisa lirik
Quizás, quizás , quizás seirama dengan
suara Nat King Cole. Antares dan
Cole, mereka seperti bersekongkol untuk menyindirku.
Estás perdiendo el tiempo
Pensando, pensandoPor lo que más tú quieras
Hasta cuándo? Hasta cuándo?
“Nah! Kalau ini artinya:
You are wasting time
Thinking, thinkingAbout what you want the most
Until when? Until when?”
“Antares! Sudah, ah!” Aku cemberut,
mematikan gramofon itu dengan dongkol.
Piringan hitam berhenti berputar.
Suara Cole pun menghilang. Antares tertawa geli melihat reaksiku.
“Oke, oke,” katanya setelah
tawanya mereda, “aku janji tak akan pernah bertanya ‘hasta cuándo?’ lagi padamu. Dengan satu syarat.”
Tatapannya kembali seperti
semula. Tenang seperti telaga berwarna pekat. Kurasa aku mulai menikmati
tenggelam di dalamnya...
“Apa?”
“Ketika kamu sudah punya jawaban
yang lebih baik dari ‘maybe, maybe’
untuk perasaanku, kamu sendirilah yang harus bilang padaku. Aku mau dengar
pernyataan cinta darimu, atas keinginanmu sendiri. Tanpa desakanku, tanpa rasa
bersalahmu. Cukup adil kan?”
Ah. Benar-benar, Antares Sang
Ksatria baik hati ini...
“Baiklah,” kataku, “dengan satu
syarat.”
Antares tersenyum geli sekaligus
heran. “Mau bernegosiasi denganku?”
Aku mengangguk.
“Aku setuju. Sebut saja apapun syaratmu.”
Aku mengerutkan kening. Mudah
betul dia percaya padaku. Bagaimana kalau aku mengajukan syarat gila? Minta
cerai, misalnya. Atau menuntut poliandri dengan Bahtiar.
Ah, gila! Aku berhenti melantur.
“Kau yakin akan mengabulkan syaratku,
Res? Apapun?”
“Untukmu, apa saja akan kukabulkan,”
katanya, “hanya untukmu.”
Aku merengkuh Antares dan bayi
dalam kedua lengannya. Aku meredam semua protes di benakku. Ini terakhir
kalinya. Aku janji, ini akan jadi pengingat terakhirku tentang Bahtiar.
Setelah itu, hanya akan ada kami
bertiga.
Aku. Antares. Abimanyu.
“Boleh aku namai bayi ini,
Abimanyu Prasetya?”
*
Saya galau baca cerita tentang Mr. B ini. Lebih galau lagi sama mba Ambar. Ah, bagaimanapun juga, saya tunggu kisah galau berikutnya.. :)
BalasHapussebelum nerusin cerita galau ini, saya mau pingsan dulu.. (abis ngeliat judul hari ke-9) -__-
Hapusmba.. bangun mba..
BalasHapussaya nungguin kelanjutan ceritanya :D
*baru mau siuman kalo diiming-imingi bau kue donat*
Hapusmba ruri, bangun bangun...
BalasHapusini lho ditungguin penggemar setia ceritanya
#ngacung tinggi tinggi
hoaaahhmmm... *kucek-kucek mata* :)
Hapuskeren! ceritanya unik. mbaknya pintar banget menghubung2kan judul yang tak terduga dgn alur ceritanya. sumpah. ff ini bikin penasaran. belum bisa nebak endingnya. semoga happy :D semangat! dan salam kenal mbak.
BalasHapusaduuuh, jadi terbang dan kejedot eternit nih... *terharu* saya masih amatir, makanya saya ikutan #13haringeblogff biar rajin belajar... makasih Grace, sering-sering mampir yaa ^.^
Hapuswelcome to world, Abimanyu...
BalasHapushhihii...
ooeeek! oooeeeek! makasih, tante Wulan! :D
Hapusga sabar nunggu mba ambarnya ungkapin cinta nya ke antares -__-
BalasHapustunggu tanggal mainnya, ya Aisy... ;D
Hapushuwaaa, galau bacanya. namanya itu :')
BalasHapusada apa dengan namanya? ;o
Hapus