My dearest B,
‘Kita.’
Kata itu selalu menjelma warna-warni
pelangi di benakku. Ya, sejak kau meminangku dengan cincin itu. Hari itu satu tahun
sebelum hari pernikahan yang kita rencanakan.
‘Kita.’
Ah, kata itu muncul lagi.
Tidakkah itu empat aksara yang luar biasa? Huruf-huruf yang mampu meleburkan
dua jiwa berbeda, aku dan kamu, menjadi satu.
Lebih dari hari-hari sebelumnya,
kita makin tak terpisahkan. Bercanda, berkasih mesra, bertengkar. Bersamamu, semuanya
indah. Pelan-pelan, kita memintal benang mimpi. Helai demi helai.
Kamu bilang, akan
memperkenalkanku pada ayahmu, lalu meminta beliau untuk mempersuntingku
untukmu, secara resmi. Aku bilang, kalau tak ingin pinanganmu ditolak, kamu
mesti mencukur rapi rambut gondrong kesayanganmu sebelum datang ke rumah orangtuaku.
Kamu bilang, aku akan terlihat sangat
cantik di pesta nanti, bahkan saat menitikkan airmata haru. Aku bilang, saat
ikrar perkawinan kamu akan lupa mesti berkata apa, saking gugupnya, dan
terpaksa melirik secarik kertas mungil berisi contekan kalimat mahapenting itu.
Kamu bilang, ingin punya sebanyak
mungkin anak-anak yang lucu dariku. Aku bilang, bagaimana kalau satu saja dulu.
Aku dan kamu bersenandung harap, semoga
suatu hari nanti Tuhan kirimkan hadiah terindah itu.
Kamu bilang, akan menamai bayi
perempuan itu Nalini Sarisha. Dua
kata Sansekerta yang berarti cantik dan mengagumkan. Aku bilang, kalau yang
lahir bayi laki-laki, akan kuberi dia nama Abimanyu
Prasetya. Ya, Abimanyu, seperti nama putera Arjuna, yang artinya pemberani.
Prasetya artinya janji. Aku ingin bayi ini kelak menjadi lelaki yang berani
memegang janjinya.
‘Kita.’
Siapa sangka, kata itu bukan
untuk selamanya.
‘Kita.’
Bagiku, kata itu tak lagi berpelangi.
Kita terurai paksa, kembali menjadi aku dan kamu yang asing satu sama lain. Pintalan
mimpi kita musnah, tiada. Sekedar istana pasir yang luluhlantak terhela ombak. Ombak
itu berwujud seorang perempuan dari masa lalumu. Orang ketiga yang merampas ‘kita’ dariku.
Perempuan itu tersenyum menghiba
dan putus asa. Dia bilang, enam bulan lagi bayi dalam rahimnya akan terlahir sebagai
anak haram. Kecuali... jika ayah bayi itu mau bertanggungjawab dan menikahinya.
Lelaki yang dia maksud, kamu.
Sejak itu, ‘kita’ bukan aku dan kamu yang menyatu.
Mulai detik itu, ‘kita’ adalah kamu dan dia.
*
lanjut mbaaa
BalasHapus#setia menanti kelanjutannya
Siiip *nyeker-nyeker tanah, cari inspirasi*
Hapusseru! :)
BalasHapus*duduk manis nunggu lanjutannya
*gelarin tiker buat Nath* : D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusDuuh.. Rahasia besar kakek Bahtiar...
BalasHapusEverybody has a secret... Incoming Grandpa B. *pasang mimik misterius* *ditujes-tujes*
BalasHapusDuh, sedihnya :'|
BalasHapus'Kita' terurai paksa... :'(
Hapus