Jujur saja, saya baru mulai melek internet saat duduk di bangku kelas 3 SMU, itupun sebatas ngobrol ngalor ngidul dengan orang-orang Indonesia maupun mancanegara di chatroom. Sejak awal semester pertama kuliah di fakultas kedokteran, saya lebih banyak lagi bersentuhan dengan internet. Karena terpaksa, sebetulnya.
Tugas-tugas kuliah mengharuskan saya mencari sebanyak mungkin referensi ilmiah terkini. Ternyata berbagai textbook yang setebal bantal itu masih kurang up to date, tidak seperti jurnal ilmiah yang terbit bulanan atau artikel online yang bisa diperbarui dalam hitungan hari.
Suka tidak suka, saya pun belajar internet lewat berbagai sumber: minta diajari teman yang jago IT, cerewet dan banyak bertanya pada mas operator di warnet, juga belajar sendiri alias trial and error. Seiring waktu, saya mulai menikmati saat-saat berselancar di internet.
Hingga saat ini, saya masih terkagum-kagum akan betapa banyaknya hal yang dapat kita lakukan dengan bantuan internet. Salah satunya, mencari informasi kesehatan. Mau tahu tentang penyakit panu, misalnya. Cukup ketikkan kata kunci penyakit panu di kotak search engine. Dengan sekali klik, muncul ratusan hasil pencarian mulai dari bahasa latinnya panu yaitu Pityriasis versicolor, tanda dan gejalanya, penyebabnya, foto close up penampakan kulit yang terkena panu, sampai iklan-iklan obat panu juga muncul di situ!
Setelah terjun ke dunia kerja, saya makin menyadari bahwa internet sangat bermanfaat di bidang kedokteran. Ilmu kedokteran selalu penuh hal-hal baru setiap waktu. Metode pengobatan terbaru, teknik operasi terbaru, alat-alat yang lebih canggih, dan masih banyak lagi. Seorang dokter dituntut untuk terus mengikuti perkembangan itu.
Di masa lalu, mungkin penyebaran ilmu kedokteran terbaru secara cepat masih terbatas di dalam kampus, di rumah-rumah sakit pendidikan, di kota-kota besar. Tapi di zaman internet ini, seorang ahli kandungan bisa mengajarkan metode terbaru operasi caesar, tidak hanya pada mahasiswa-mahasiswanya di dalam kamar operasi, tapi juga menyiarkannya melalui internet kepada ratusan koleganya di pulau yang berbeda. Bayangkan berapa banyak orang di berbagai belahan dunia yang bisa mempelajarinya jika video operasi caesar itu diunggah ke situs pengunggah video semacam Youtube? Berapa banyak pasien yang akan mendapat penanganan medis lebih baik karenanya?
Internet juga memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien. Kini masyarakat tidak harus datang dan antre di klinik atau rumah sakit untuk berkonsultasi pada dokter, karena situs-situs kesehatan yang menyediakan layanan konsultasi dokter siap menjawab pertanyaan mereka. Banyak pula dokter yang tak segan berbagi informasi seputar isu kesehatan melalui blog atau akun twitter-nya.
Memang, pertemuan tatap muka langsung dokter-pasien tidak seluruhnya dapat tergantikan oleh konsultasi online. Ada hal-hal yang harus ditanyakan dokter secara detail seperti riwayat pengobatan, atau pemeriksaan fisik yang harus dilakukan sendiri oleh dokter kepada pasien. Contohnya, sulit kan dokter mendiagnosis benjolan yang ada di leher pasien hanya berdasarkan foto atau deskripsi via e-mail?
Tapi berkat internet setidaknya informasi kesehatan bisa lebih mudah diakses siapa saja, di mana saja, kapan saja. Dengan begitu, kesadaran masyarakat untuk hidup sehat akan meningkat. Cita-cita “Indonesia Sehat” pun bukan mustahil diraih kan? Ayo, XLangkah Lebih Maju, XLangkah Lebih Sehat dengan Internet!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentarnya :)