Mungkin selalu ada setitik heroisme dalam diri kita.
"Makasih ya, Mas," kata saya. Pemuda itu tersenyum tipis sambil mengangguk, lalu pindah berdiri ke dekat pintu. Kami naik dari stasiun Manggarai dan turun di Pondok Cina, sementara pemuda itu entah akan turun di mana.
"Mas itu baik deh, mau kasih tempat duduknya. Padahal turunnya masih jauh," komentar Ririn. Masih terkesan pada kebaikan yang didapatnya hari itu.
Saat itulah saya terpikir dialog antara tokoh Lucy dan Peter dalam film tadi. Kira-kira seperti ini:
"Aku tak pernah merasa melakukan perbuatan heroik seumur hidupku," kata Peter.
"Tapi kau memberikan tempat dudukmu di kereta setiap hari," sanggah Lucy.
"Itu bukan perbuatan heroik."
"Ya, itu perbuatan heroik bagi orang yang kau persilakan duduk di kursimu."
Ada yang bilang, heroisme sudah menjadi sesuatu yang langka di zaman egoisme ini.
Di kereta, bus, tempat-tempat umum, tak jarang kita enggan mendahulukan orang lain yang lebih membutuhkan. Kita belum lupa pada kehebohan di media sosial Path, saat seorang gadis menyatakan kekesalannya pada ibu-ibu hamil, yang dia anggap memanfaatkan kehamilannya untuk mendapat tempat duduk dengan mudah di kereta. Kita pernah melihat sederet lelaki gagah dan perempuan muda duduk tenang di bus, sementara di depan mereka ada nenek yang berdiri sambil kerepotan menggendong cucu balitanya.
Di kereta, bus, tempat-tempat umum, tak jarang kita enggan mendahulukan orang lain yang lebih membutuhkan. Kita belum lupa pada kehebohan di media sosial Path, saat seorang gadis menyatakan kekesalannya pada ibu-ibu hamil, yang dia anggap memanfaatkan kehamilannya untuk mendapat tempat duduk dengan mudah di kereta. Kita pernah melihat sederet lelaki gagah dan perempuan muda duduk tenang di bus, sementara di depan mereka ada nenek yang berdiri sambil kerepotan menggendong cucu balitanya.
Bahkan, mungkin kadang-kadang kita menjadi bagian dari orang-orang yang tak peduli itu? Saya pribadi mengaku: ya.
"Kalau harus selalu mengalah sama lansia, ibu hamil di kereta, kapan saya bisa dapat tempat duduk? Saya juga capek dan butuh duduk."
"Di tengah perjalanan, saya kasih tempat duduk untuk mbak itu, eeh dia malah bilang, 'Dari tadi dong kasih tempat duduk. Ngga gentleman amat sih jadi cowok!'"
Memang di zaman serba kompetitif ini, rasanya perjuangan hidup terasa makin berat. Bahkan untuk pergi beraktifitas setiap hari saja perlu perjuangan. Berangkat pagi saat matahari belum terbit, berjibaku dengan kemacetan lalu lintas, berdesakan dan berebut tempat duduk di angkutan umum. Dalam kelelahan dan kejenuhan, kadang-kadang hati menumpul. Saat itu terjadi, kita menjadi kebal terhadap kesulitan orang lain karena sibuk memikirkan kesulitan kita masing-masing.
Sungguh, itu manusiawi.
Karena itulah perbuatan heroik sekecil apa pun bisa sangat berarti buat orang lain.
Senyum dan kalimat balasan sesederhana "Selamat siang juga, Pak!" pada petugas satpam yang menyambut kita di bank, mungkin akan membuatnya kembali bersemangat melayani tamu-tamu berikutnya. Merelakan kursi untuk penumpang lain di bus, mungkin akan menginspirasi si penerima kursi untuk melakukan kebaikan itu juga pada penumpang lain esok hari. Berterimakasih pada orang yang mau memberi kursinya di kereta untuk kita, mungkin akan memotivasi si pemberi tempat duduk untuk mengulangi perbuatannya lagi, lain waktu.
Mungkin memang selalu ada setitik heroisme dalam diri kita. Dengan begitu, setiap orang bisa jadi pahlawan dengan cara sederhana.
Cara apa yang kita pilih hari ini?
*untuk orang-orang tak dikenal yang pernah merelakan tempat duduknya bagi saya: terima kasih :) *
Memberikan hal kecil kadang sangat berarti bagi orang lain. Mari berbuat baik tiap hari.
BalasHapusPahlawan itu bisa berbiat baik terhadap siapa saja juga bisa dijadikan pahlawan.
BalasHapuswah keren mbak keep heroess yah....
BalasHapusgood mbak artikelnya :)
BalasHapus