Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Kamis, 17 Juli 2014

Buat Apa Repot Bantu Palestina?

Media massa kini diramaikan oleh berita seputar Gaza, Palestina. Betapa konflik yang ada, rasanya sudah tak pantas disebut perang. Karena timpangnya persenjataan dan fasilitas antara pihak Palestina dan Israel, lebih tepat disebut penjajahan dan pembantaian.
Simpati dunia terus mengalir untuk Palestina, termasuk dari Indonesia. Mulai dari aksi unjuk rasa mengecam perilaku Israel, doa bersama, penggalangan dana sampai pengiriman langsung relawan dan bantuan kemanusiaan, juga pengiriman pasukan perdamaian dilakukan oleh Indonesia.

Meski begitu, ada sebagian orang yang entah kenapa mengomentari dukungan Indonesia pada Palestina sebagai sesuatu yang lebay.

"Ribut-ribut ngurusin negara lain, padahal di negara sendiri masih banyak masalah."

"Kenapa repot-repot bantu Palestina, rakyat kita sendiri juga banyak yang hidup susah?"

Saya pikir, orang-orang yang bilang begitu mungkin belum belajar soal sejarah konflik Palestina-Israel, di mana sebelum diklaim dan dicaplok oleh Israel, Palestina adalah negara merdeka yang hidup damai di atas tanah milik mereka sendiri. Kemudian, Israel mengaku-aku tanah tersebut milik mereka. Mereka mengusir dan mengintimidasi warga Palestina, dan membangun permukiman di tanah Palestina. Salahkah bila Palestina teguh berusaha mempertahankan tanah kelahiran mereka, sampai berkorban jiwa raga? Bukankah perjuangan mereka sama seperti perjuangan bangsa Indonesia dulu melawan penjajahan Belanda dan Jepang?
Mereka yang nyinyir mencela dukungan Indonesia untuk Palestina, mungkin juga belum belajar soal dekatnya hubungan Indonesia-Palestina. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945, Palestina adalah satu dari sedikit negara-negara di dunia yang menyambut baik dan mengakui kedaulatan kita. Coba bayangkan Indonesia sebuah negara yang baru saja lahir, masih "berantakan" karena habis dijajah sekian lama, belum bisa apa-apa apalagi menarik perhatian dunia. Tiba-tiba ada satu negara yang mau mengulurkan pertemanan pada kita. Dukungan itu besar artinya buat Indonesia.

Suara-suara yang mengatakan, "Untuk apa menolong yang jauh, tolong dulu yang dekat dong!" Kalau pola pikir kita masih se-individualistis itu, berarti Indonesia tidak perlu dong jadi anggota PBB, ASEAN. Tidak perlu hubungan bilateral. Cukup hidup sendiri saja tidak usah berdagang, berkesepakatan, atau bergaul dengan negara-negara lain. Padahal negara mungkin bisa diibaratkan seperti manusia yang sudah sifat alaminya menjadi makhluk sosial. Saling membutuhkan, tidak bisa hidup seorang diri.

Dan saya bersyukur, Palestina tampaknya tidak pernah berpikir individualistis. Buktinya, Palestina berkali-kali mengirimkan bantuan untuk Indonesia saat terjadi musibah tsunami dan banjir. Padahal, situasi mereka jauh lebih genting dari kita. Mereka sendiri susah payah mmperjuangkan hidup, tapi toh masih terpikirkan untuk membantu Indonesia, negara yang jauh dari Palestina.

Memang benar, di Indonesia masih semrawut, banyak yang hidup susah. Dan untuk ikut serta membantu, tentu ngga perlu lagi dong harus digembar-gemborkan di media sosial dengan hashtag #PrayForIndonesia atau #SaveIndonesia. Ngga usah disuruh lagi, memang kita wajib menolong sesama saudara sebangsa. Tapi apa yang salah dari melakukan kedua-duanya sekaligus: membantu saudara di Indonesia dan membantu warga Palestina? Sebagaimana Palestina masih mau membantu Indonesia kala bencana alam.

Ayolah kita bantu Palestina dengan apa saja semampu kita. Walau itu sekedar berdonasi yang tak seberapa, atau berupa doa, atau berusaha mengajak sebanyak mungkin orang untuk peduli pada Palestina. Mudah-mudahan ini lebih disukai Tuhan ketimbang hanya menonton dan mengomentari orang-orang yang berniat tulus membantu.

2 komentar:

Terima kasih untuk komentarnya :)