Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Rabu, 02 April 2014

Surat untuk Mantan

Dear kamu,

Apa kabar? 

Ini bukanlah surat pertama yang kutulis untukmu. Tapi ya, ini pertama kalinya aku bisa menulis padamu tanpa airmata. Tanpa bertanya-tanya mengapa kamu harus pergi. Tanpa berharap kamu akan pulang padaku lagi.

Kita memang terlalu terbiasa bersama. Berbagi segala. Menjadi dua belahan diri yang hanya utuh saat bersatu. Saling menaungi seperti langit. Saling menjelma udara bagi paru-paru satu sama lain.
Itu sebabnya, saat kamu pergi, aku limbung. Aku tak lengkap. Langitku gelap dan meruntuh. Napasku sesak di ruang hampa udara. Aku kehilangan.

Bagaimana denganmu? Ah. Kamu pasti baik-baik saja kan. Sebab orang-orang bilang padaku, menjadi yang ditinggalkan selalu lebih berat daripada yang pergi. Mereka yang pergi akan menuju kehidupan baru yang lebih baik, sedangkan yang ditinggal pergi harus terus tinggal bersama sisa kenangan. Kamu pergi, dan aku harus berjuang meneruskan hidup hari demi hari sampai rasa kehilangan itu mereda.

Yah. Itulah yang kulakukan selama beberapa tahun ini. Berjalan dan berjalan melewati waktu. Langkahku pelan dan timpang pada mulanya, karena sekujur diriku adalah luka. Tapi waktu adalah penyembuh yang baik. Perlahan, aku pulih. Aku membiasakan diri hidup tanpa kamu. Tanpa senyum dan ucapan selamat pagimu. Tanpa genggaman lembutmu di sela jemari tanganku. Tanpa lelucon-lelucon konyolmu di hari-hari burukku. Tanpa pertengkaran-pertengkaran kecil kita itu, yang selalu berakhir dengan kita saling menertawai kekeraskepalaan masing-masing.

Ternyata aku bisa bertahan. Ternyata aku cukup kuat untuk menata puing-puing langitku lagi. Juga cukup tegar untuk menghirup udara yang dulu kita bagi. Sudah cukup kusangkal takdir, sekarang saatnya berdamai dengannya. Akan kusimpan baik-baik semua keping kenangan kita di ruang hati, seperti menjaga benda paling berharga. Aku janji.

Aku cuma ingin bilang, aku sudah mengikhlaskanmu, Sayang. Hidupku akan baik-baik saja. Jadi, jangan kuatir soal aku.

Seperti biasa, aku akan mengubur surat ini bersama yang lainnya, di bawah rimbun pepohonan. Di samping pusaramu.

Sampai ketemu lagi di surat berikutnya. 


Yang selalu mengingatmu,

Aku.




Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara.

5 komentar:

  1. Jadi pengen ketawa karena sedih setelah surat ini, terima kasih telah mengingatku padanu ruri #apaansichmulailagidech

    BalasHapus

Terima kasih untuk komentarnya :)