Minggu, 08 Januari 2012
Finalis GoVlog - Last but Not Least! (tamat)
8 Desember 2011.
Denpasar, 10.00 WITA
Selesai ngulik layanan-layanan di Puskesmas Kuta I, rombongan kami berangkat lagi untuk menjalani agenda terakhir field visit: berkunjung ke YayasanKerti Praja (YKP). Yayasan non-pemerintah yang digawangi sekitar 45 orang staf ini sebagian besar didanai oleh Global Fund dan HCPI. Selain bergiat dalam penyuluhan mengenai IMS dan HIV/AIDS, YKP juga menyediakan layanan klinik IMS, klinik VCT, pendampingan ODHA dan penyediaan obat-obatan bagi ODHA.
Lewat program penyuluhan, aktifis-aktifis YKP berusaha menyasar para pekerja seks di Bali. YKP mendatangi langsung area lokalisasi, kafe-kafe dan panti pijat. Kendala-kendala yang sering mereka hadapi antara lain, kesulitan menjangkau para pelanggan pekerja seks. Yang beresiko tertular dan menularkan HIV bukan hanya pekerja seks, tapi pelanggannya juga. Banyak juga ODHA yang merupakan ibu rumah tangga. Mereka tertular HIV dari suami mereka yang ternyata pelanggan pekerja seks. *sedih...*
Di YKP sendiri, kami sempat bertatap muka dengan Mbak Bulan dan Ibu Ratna (bukan nama sebenarnya), dua orang wanita ODHA yang menjadi dampingan aktifis YKP. Kira-kira darimana mereka terinfeksi HIV? Dari pelanggan seks? Dari jarum suntik? Tidak. Kedua wanita ini adalah ibu rumah tangga biasa, yang tertular HIV dari suami mereka.
“Tahun 2007, saya baru tahu kalau saya kena HIV. Sempat syok juga...” Mbak Bulan mulai bercerita. Syukurlah, wanita berusia menjelang 40 tahun ini tidak terpuruk lama. Ia lalu bergabung dengan peer group di YKP. Di sini ia bisa berbagi semangat dan pengetahuan dengan sesama ODHA ataupun memperoleh informasi kesehatan dari konselor. Ibu berputra dua ini sangat bersyukur ketika tahu dari hasil tes bahwa anak sulungnya tidak tertular HIV.
“Tinggal si bungsu yang belum dites. Mudah-mudahan dia juga nggak tertular...” Doa Mbak Bulan penuh harap. Meski harus hidup dengan HIV dan terus mengkonsumsi ARV, Mbak Bulan tampak sehat dan penuh semangat.
“Cita-cita saya sih, suatu saat nanti pingin buka usaha sendiri. Supaya anak-anak saya bisa hidup lebih baik dari ibunya.”
Sedikit beda dari Mbak Bulan yang terbuka, Ibu Ratna lebih pendiam, tapi tetap ramah dan bersedia ngobrol dengan para finalis GoVlog.
“Awalnya, suami saya sakit-sakitan. Terus disarankan periksa darah. Dari situ baru ketahuan, suami saya kena HIV.. Saya sampe sempat pingsan waktu itu,” kenang Ibu Ratna.
“Lalu saya diajak periksa darah juga, supaya tahu saya tertular apa nggak. Ternyata.. saya juga kena HIV.” Ibu Ratna menghela nafas panjang. Suaminya telah meninggal dunia, dan kini Ibu Ratna harus melanjutkan hidupnya. Mengurus anak-anak dan menjaga kesehatan diri sendiri. “Ya sudah, ikhlas, dijalani saja,” pungkas wanita berkerudung hitam ini sambil tersenyum.
Kendala lain bagi para pegiat YKP adalah rasa lelah dan jenuh ketika menghadapi para pekerja seks yang cuek saat diberi penyuluhan tentang seks aman, malas kontrol ke klinik IMS, putus obat ARV, dan lain-lain. Tapi bagi para pekerja lapangan dan konselor YKP yang sudah terlanjur cinta pada pekerjaan mereka, kendala ini justru jadi tantangan menarik. Buktinya, banyak juga lho aktifis yang sudah belasan tahun bergiat di YKP dan masih aktif sampai sekarang!
Hari beranjak siang. Kami harus pamit, karena panitia sudah memanggil kami untuk kembali naik ke bus, dan bersiap meninggalkan Bali.. kembali ke tempat asal kami, membawa cerita-cerita epik tentang para petarung anti HIV/AIDS.
Last but not least, field visit kami di Bali memang berakhir hari ini, tapi perjuangan kita semua melawan HIV/AIDS belum selesai. Let’s keep fighting, people!
~fiuhh, tamat juga akhirnya~
Posted via Blogaway for RuriOnline
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentarnya :)