Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Kamis, 03 Mei 2012

10 Good Things in My Life



1.    Lahir ke dunia. Betapa banyaknya hal-hal luar biasa yang akan saya lewatkan seandainya Tuhan tidak berbaik hati meniupkan ruh saya ke dunia.

2.   Ayah yang hebat yang telah mewariskan kemiripan wajah, sifat melankolis dan hobi menulis kepada saya. Yang kelupaan belum beliau wariskan adalah kemurah hatian dan kesabarannya yang luas itu. : )

3.  Ibu yang tangguh yang berperan ganda sekaligus sebagai pengganti ayah saya. Darinyalah saya mewarisi sifat keras kepala dan hemat (ngga pake pelit). Beliau selalu mendaraskan doa-doa panjang untuk kebaikan anak-anaknya, termasuk saya. Banyak diantara doa-doa itu yang kini sudah dikabulkan Tuhan. :’)

4.  Cinta mati saya pada buku. Hanya lewat buku, saya bisa berkelana antar ruang dan waktu serta menyusupi hati dan pikiran terdalam manusia.
Dulu, saya bersyukur punya teman-teman yang mau meminjami saya koleksi bukunya. Sekarang, saya lebih bersyukur lagi karena bisa membelinya sendiri dan meminjamkannya ke orang lain. ^_^

5.     Kuliah. Tak ada seorangpun dalam keluarga saya, bahkan saya sendiri, yang mengira bahwa saya akan diterima di fakultas kedokteran salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia. Saat pengumuman kelulusan UMPTN, ibu saya bukannya gembira malah kuatir dan berkomentar, “Mama bisa ngga, ya, membiayai kamu sampai lulus kuliah?” T__T  Jujur waktu itu saya sendiri belum tahu jawabannya, tapi jalani dulu sajalah! *pasang ikat kepala*
Sementara sangat banyak orang yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, saya akhirnya bisa menempuh pendidikan saya hingga lulus. Soal biaya? Hmm, selain biaya dari orangtua, saya pernah minta keringanan, mencicil uang gedung sejak tahun pertama kuliah dan baru lunas di tahun keempat, memburu beasiswa, mendapat beasiswa, dan mencari sedikit uang tambahan lewat jasa menerjemahkan artikel kedokteran bahasa Inggris. Rezeki Tuhan itu luaaaas banget ternyata. Percayalah. :’D

6.    Sahabat-sahabat seperjuangan di rumah kontrakan. Selama menjadi perantau di luar Jakarta, saya beruntung bisa tinggal di rumah kontrakan bersama sembilan saudari seiman, muslimah-muslimah keren. Mereka anak baik-baik. Sungguh-sungguh dalam studinya, tulus dalam ibadahnya, banyak yang aktif juga dalam organisasi kampus, dan saling peduli satu sama lain. Saya menganggap mereka semacam malaikat utusan Tuhan atau satpam (hahaha) yang menjaga saya tetap berada di jalur kehidupan yang benar. Kalau saya bandel atau aneh-aneh dikit pasti langsung dapat sentilan deh, boro-boro sampai terjerumus aliran sesat, seks bebas atau narkoba. :p

7.   Jadi dokter. Begitu lulus, tawaran kerja freelance berdatangan dari teman-teman dan senior-senior saya. Jadilah saya mengembara dari satu klinik ke klinik lainnya. Mengembara secara harfiah, karena saya berangkat membawa ransel super gede dan super padat sebagai bekal jaga 24 jam di klinik-klinik itu. Beberapa bulan kemudian, saya diterima bekerja di sebuah rumah sakit swasta yang cukup besar. Melelahkan, tapi saya meraup banyak sekali ilmu baru di sana, mulai dari ilmu kedokteran terkini, ilmu menghadapi pasien yang rewel, sampai ilmu menghadapi arogansi dokter-dokter spesialis (yang kadang-kadang terjadi). I learn much about life.

8.  Jadi PNS. Meskipun menjadi pegawai negeri mungkin bukan pekerjaan impian, dan awalnya saya mendaftar hanya karena ibu saya amat sangat ingin putri semata wayangnya ini jadi pegawai pemerintah, saya bersyukur memiliki pekerjaan ini. Uhm, heran juga sih kenapa begitu banyak orang yang berebut ingin jadi PNS, sampai berani menyogok ‘orang dalam’. Salah kalau orang menganggap PNS itu profesi yang menjanjikan kemakmuran. Gaji PNS itu tidak seberapa kok. Menjadi PNS menurut saya lebih banyak unsur pengabdiannya, hehehe. Yang terpenting, gaji yang tidak seberapa tidak boleh jadi alasan bagi seorang PNS untuk bekerja malas dan tidak optimal. Siapa suruh jadi PNS kan? ;p

9.    Internet. Tak peduli seberapa konyolnya cyberlove terdengar, saya mempercayainya karena itulah yang saya alami. Dunia mayalah awalnya yang mempertemukan saya dengan lelaki yang nantinya akan menikahi saya di dunia nyata. Sampai saat ini kami masih melakoni long distance love, dan sering saling sapa di Twitter serta berkencan di Yahoo!Messenger, GoogleTalk, FacebookChat, atau di ruang manapun kami bisa bertukar rindu. Sungguh, saya ingin sungkem penuh terima kasih sama tokoh penemu internet! : )

10. Mas Har. Saya pendiam, dia suka bercerita. Saya melankolis dan mudah menangis, dia ceria dan selalu punya cara untuk membuat saya tertawa bersamanya. Saya sering didera rasa pesimis, dia sering pula meracuni saya dengan mimpi dan cita-cita paling optimis. Yes, he is that cyberlove I’ve talked before. Separuh diri saya yang telah lama saya cari. :*

Jika saya terpuruk di hari terburuk sekalipun, saya akan membaca lagi tulisan saya ini sebagai pengingat bahwa saya orang yang beruntung.

Sebetulnya masih banyaaak hal lain, selain sepuluh poin di atas, dalam hidup saya yang patut disyukuri tapi tidak bisa saya ingat satu-persatu. Tuhan melimpahi kita dengan cinta, bahkan jauh lebih banyak, jauh lebih baik dari yang kita pinta dalam doa-doa.

Wahai Allah, terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentarnya :)