1. Lahir ke
dunia. Betapa banyaknya hal-hal luar biasa yang akan saya lewatkan
seandainya Tuhan tidak berbaik hati meniupkan ruh saya ke dunia.
2. Ayah yang hebat yang telah mewariskan kemiripan wajah, sifat melankolis dan
hobi menulis kepada saya. Yang kelupaan belum beliau wariskan adalah kemurah
hatian dan kesabarannya yang luas itu. : )
3. Ibu yang tangguh yang berperan ganda sekaligus sebagai pengganti ayah saya.
Darinyalah saya mewarisi sifat keras kepala dan hemat (ngga pake pelit). Beliau
selalu mendaraskan doa-doa panjang untuk kebaikan anak-anaknya, termasuk saya. Banyak
diantara doa-doa itu yang kini sudah dikabulkan Tuhan. :’)
4. Cinta
mati saya pada buku. Hanya lewat buku, saya bisa berkelana antar ruang dan
waktu serta menyusupi hati dan pikiran terdalam manusia.
Dulu, saya
bersyukur punya teman-teman yang mau meminjami saya koleksi bukunya. Sekarang,
saya lebih bersyukur lagi karena bisa membelinya sendiri dan meminjamkannya ke
orang lain. ^_^
5. Kuliah.
Tak ada seorangpun dalam keluarga saya, bahkan saya sendiri, yang mengira bahwa
saya akan diterima di fakultas kedokteran salah satu universitas negeri terbaik
di Indonesia. Saat pengumuman kelulusan UMPTN, ibu saya bukannya gembira malah kuatir
dan berkomentar, “Mama bisa ngga, ya,
membiayai kamu sampai lulus kuliah?” T__T Jujur waktu itu saya sendiri belum tahu
jawabannya, tapi jalani dulu sajalah! *pasang ikat kepala*
Sementara sangat
banyak orang yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi,
saya akhirnya bisa menempuh pendidikan saya hingga lulus. Soal biaya? Hmm, selain
biaya dari orangtua, saya pernah minta keringanan, mencicil uang gedung sejak
tahun pertama kuliah dan baru lunas di tahun keempat, memburu beasiswa,
mendapat beasiswa, dan mencari sedikit uang tambahan lewat jasa menerjemahkan
artikel kedokteran bahasa Inggris. Rezeki Tuhan itu luaaaas banget ternyata.
Percayalah. :’D
6. Sahabat-sahabat seperjuangan di rumah
kontrakan. Selama menjadi perantau di luar Jakarta, saya beruntung bisa
tinggal di rumah kontrakan bersama sembilan saudari seiman, muslimah-muslimah keren. Mereka anak
baik-baik. Sungguh-sungguh dalam studinya, tulus dalam ibadahnya, banyak yang aktif juga dalam
organisasi kampus, dan saling peduli satu sama lain. Saya menganggap mereka
semacam malaikat utusan Tuhan atau satpam (hahaha) yang menjaga saya tetap
berada di jalur kehidupan yang benar. Kalau saya bandel atau aneh-aneh dikit
pasti langsung dapat sentilan deh, boro-boro sampai terjerumus aliran sesat, seks
bebas atau narkoba. :p
7. Jadi
dokter. Begitu lulus, tawaran kerja freelance berdatangan dari teman-teman
dan senior-senior saya. Jadilah saya mengembara dari satu klinik ke klinik
lainnya. Mengembara secara harfiah, karena saya berangkat membawa ransel super
gede dan super padat sebagai bekal jaga 24 jam di klinik-klinik itu. Beberapa
bulan kemudian, saya diterima bekerja di sebuah rumah sakit swasta yang cukup
besar. Melelahkan, tapi saya meraup banyak sekali ilmu baru di sana, mulai dari
ilmu kedokteran terkini, ilmu menghadapi pasien yang rewel, sampai ilmu
menghadapi arogansi dokter-dokter spesialis (yang kadang-kadang terjadi). I learn much about life.
8. Jadi PNS.
Meskipun menjadi pegawai negeri mungkin bukan pekerjaan impian, dan awalnya
saya mendaftar hanya karena ibu saya amat sangat ingin putri semata wayangnya
ini jadi pegawai pemerintah, saya bersyukur memiliki pekerjaan ini. Uhm, heran
juga sih kenapa begitu banyak orang yang berebut ingin jadi PNS, sampai berani
menyogok ‘orang dalam’. Salah kalau orang menganggap PNS itu profesi yang
menjanjikan kemakmuran. Gaji PNS itu tidak seberapa kok. Menjadi PNS menurut
saya lebih banyak unsur pengabdiannya, hehehe. Yang terpenting, gaji yang tidak
seberapa tidak boleh jadi alasan bagi seorang PNS untuk bekerja malas dan tidak
optimal. Siapa suruh jadi PNS kan? ;p
9. Internet. Tak peduli seberapa konyolnya
cyberlove terdengar, saya
mempercayainya karena itulah yang saya alami. Dunia mayalah awalnya yang
mempertemukan saya dengan lelaki yang nantinya akan menikahi saya di dunia
nyata. Sampai saat ini kami masih melakoni long
distance love, dan sering saling sapa di Twitter serta berkencan di
Yahoo!Messenger, GoogleTalk, FacebookChat, atau di ruang manapun kami bisa
bertukar rindu. Sungguh, saya ingin sungkem penuh terima kasih sama tokoh
penemu internet! : )
10. Mas Har. Saya pendiam, dia suka
bercerita. Saya melankolis dan mudah menangis, dia ceria dan selalu punya cara untuk
membuat saya tertawa bersamanya. Saya sering didera rasa pesimis, dia sering
pula meracuni saya dengan mimpi dan cita-cita paling optimis. Yes, he is that cyberlove I’ve talked before.
Separuh diri saya yang telah lama saya cari. :*
Jika saya terpuruk di hari terburuk sekalipun, saya akan
membaca lagi tulisan saya ini sebagai pengingat bahwa saya orang yang
beruntung.
Sebetulnya masih banyaaak hal lain, selain sepuluh poin di
atas, dalam hidup saya yang patut disyukuri tapi tidak bisa saya ingat
satu-persatu. Tuhan melimpahi kita dengan cinta, bahkan jauh lebih banyak, jauh
lebih baik dari yang kita pinta dalam doa-doa.
Wahai Allah, terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentarnya :)