Berprestasi adalah hal yang layak dibanggakan, tapi kalau soal angka kejadian penyakit? Ngga banget! Namun apa mau dikata, Indonesia punya “prestasi” yang perlu direnungkan. Negeri kita ini ternyata menduduki peringkat keempat di dunia untuk jumlah kasus tuberkulosis setelah China, India, dan Afrika Selatan. Setiap tahunnya, diperkirakan ada 460.000 orang penderita TB baru di Indonesia.
Wow. Bisa dibayangkan betapa banyak orang yang kualitas hidupnya menurun
karena masalah kesehatan ini. Apalagi, sebagian besar pasien TB adalah remaja
dan orang dewasa usia produktif (15-55 tahun) yang seharusnya sedang dalam masa
keemasannya untuk berkarya. Tuberkulosis membuat mereka tidak bisa bekerja maksimal
karena fisik yang mudah lelah, atau mengorbankan waktu bersekolah untuk kontrol
dan berobat berkali-kali.
Belum lagi bila dianggap sebagai pembawa penyakit kutukan sehingga
dikucilkan masyarakat, makin bertambahlah kesusahan mereka. Tidak sedikit
penderita TB yang penyakitnya bertambah parah dan akhirnya meninggal. Di Indonesia
ada 67.000 nyawa yang terenggut setiap tahunnya karena penyakit ini.
Sedih ya?
Jadi, jangan anggap sepele bila kita atau orang-orang terdekat kita
mengalami gejala penyakit tuberkulosis seperti batuk berdahak yang tidak
sembuh-sembuh setelah dua minggu, nafsu makan dan berat badan yang menurun
drastis, demam, dan sakit di dada. Segeralah memeriksakan kesehatan diri ke puskesmas
atau rumah sakit terdekat. Jika itu memang TB, semakin cepat terdeteksi,
semakin baik. Karena semakin awal pula penyakit bisa diobati sebelum terlanjur
parah.
Jangan takut! Penyakit tuberkulosis bisa sembuh, asalkan kita menjalani
pengobatan dengan sabar dan sungguh-sungguh. Obat yang diberikan biasanya dalam
bentuk tablet kombinasi atau paket, berisi kombinasi obat Rifampisin, Isoniazid,
Pirazinamid dan Etambutol. Obat-obat tersebut harus diminum sesuai dosis yang
ditentukan dokter, setiap hari selama enam bulan, ngga boleh putus!
Minum banyak obat dan berkali-kali kontrol ke dokter, biayanya pasti mahal
tuh! Eh, ternyata tidak lho. Masyarakat bisa memeriksakan diri tanpa dipungut biaya
di puskesmas/ rumah sakit pemerintah. Selain itu, obat-obat TB juga diberikan cuma-cuma,
sampai pasien sembuh! Pasien yang masih berobat ke rumah sakit swasta boleh kok
meminta dirujuk ke puskesmas/ rumah sakit pemerintah, supaya bisa mendapatkan
fasilitas pengobatan gratis ini.
Sayangnya, menurut Subdit TB Kemenkes RI, ternyata baru 19 persen masyarakat
yang tahu tentang program ini. Banyak penderita TB yang enggan berobat hingga tuntas
karena keburu ciut memikirkan biayanya. Akibatnya, kondisi kesehatan mereka dapat bertambah lemah nantinya, bahkan sampai meninggal dunia. Yang lebih menakutkan
lagi, jika tak diobati, mereka dapat menulari orang lain. Bayangkan, dalam setahun, satu orang
penderita tuberkulosis bisa menularkan
penyakitnya kepada 10-15 orang!
Horor kan?
Jadi, inilah tugas saya dan kamu yang sudah membaca blog ini! Kita harus
menyebarluaskan apa yang kita tahu pada orang-orang di sekitar kita. Jangan
biarkan teman-teman dan orang-orang yang kita sayangi terus dihantui penyakit
tuberkulosis hanya karena mereka takut tidak punya cukup uang untuk berobat.
*
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentarnya :)