Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Kamis, 01 November 2012

Berpose Demi Kalender

Santai sebelum berpose
Kemarin, di kantor ada pengumuman bahwa semua pegawai harus pake seragam Kemenkes yang baru, soalnya akan ada pemotretan. Tadinya saya pikir cuma untuk foto di name tag pegawai... eh ternyata untuk kalender tahun depan. 

Untuk tahun 2012, kantor kami memang membuat kalender "narsis". Maksudnya, selain sebagai pengingat tanggal dan hari, kalender itu berfungsi sebagai sarana promosi juga. Isinya, sekilas info tentang jasa layanan pemeriksaan di laboratorium kami dan foto-foto para petugas lab yang sedang beraksi dengan mikroskop, mikropipet, analyzer canggih atau apapun itu. 

Sayangnya, para model ngga bisa pamer wajah dan baju, karena hampir seluruh tubuh tertutup masker, sarung tangan dan jas lab gombrong, yang sama sekali ngga bisa disebut modis. Hihihi. Yang masih bisa berpose penuh gaya ya pak Bos kami beserta jajaran manajerialnya, juga para pegawai lini depan yang biasanya langsung berhadapan dengan pelanggan. Di-make-up pula oleh penata rias lho. 


Ada yang nyeletuk, "Berasa mau kondangan ya dandan medok begini.."

Tapi hasilnya memang bagus sih. Semua orang tampak berwajah cerah dan mulus di kalender tahun 2012. Photoshop kalah deh.

Nah, rupanya kali ini akan dibuat lagi kalender "narsis" untuk tahun 2013. Sejak pagi tadi, kehebohan dimulai. Jajaran manajerial seperti Kabid, Kasie dan kepala instalasi bersiap-siap untuk dirias. Saya tenang-tenang aja di dalam lab, karena ngga merasa ngejabat apa-apa. Hehehe.

Makanya, saya kaget waktu dipanggil ke ruang rapat untuk dirias, karena saya (ternyata) menjabat sebagai ketua laboratorium tuberkulosis. -__-"

What? Me? Wearing full make-up?

Jujur, saya ngga terlalu suka sama "prosesi"-nya. Ribet, menurut saya. Saya baru sadar pake bedak wajah aja pas udah jadi mahasiswa. Saya baru mulai merias wajah ketika terjun ke dunia kerja, di mana saya harus tampil rapi dan ngga kucel di depan pasien-pasien saya. Itu pun rias wajah minimalis, sebatas tabir surya, bedak, eye liner dan lipstik. Itu pun bukan kosmetik waterproof, biar ngga ribet harus dibersihin dulu sebelum wudhu. Itu pun cuma saya pakai di awal shift. Kalo beberapa jam kemudian make up itu luntur kena keringat, sebodo amat deh. Hehe. 

Lagipula wajah saya sensitif dan gampang berjerawat, meski saya selalu membersihkannya setiap malam sebelum tidur. Satu lagi alasan kenapa saya lebih suka melapisi wajah saya dengan sesedikit mungkin zat kimia, kan? Alasan lainnya adalah saya ngga suka rasa "berat" di wajah saya saat memakai rias wajah lengkap. Kayak lagi pake topeng, gitu. Ckck, ngga cewek banget yak.

Seumur-umur, baru dua momen yang saya anggap sangat penting dan layak untuk saya hadiri dengan make-up komplit: wisuda kelulusan, dan acara pernikahan saya. ^o^

Wajar dong kalo saya ogah-ogahan dirias hari ini. Pokoknya saya pesen-pesen sama si Mbak Perias supaya make-up nya tipis aja. Mbak nya cuma mengiyakan dan menenangkan saya dengan ekspresi hey-relax-you-are-in-the-right-hands! Dia menawari saya untuk dipasangi bulu mata palsu dan saya segera berkelit dengan memilih maskara saja, karena saya tahu rasanya sangat tidak nyaman di kelopak mata. Belum lagi resiko jatuh tersandung saat naik tangga gara-gara penglihatan saya terhalang si bulu mata tempelan. Hahaha.

Di ruang rapat suasananya udah mirip sama suasana salon. Dua rekan saya sedang duduk dan ngobrol ngalor-ngidul sambil diutak-atik wajahnya oleh penata rias. Di atas meja, tergeletak sebuah koper besar berisi perangkat lenong lengkap. Eh, perangkat kosmetik ding. Cermin berlampu, pot-pot kecil berisi foundation, concealer, eye shadow dan blush on, bedak, palet berisi belasan warna lipstik, sampai ke perintilan semacam kuas-kuas wajah, penjepit bulu mata, dan mungkin penjepit bulu hidung ada juga di situ ya.

Koper ajaib
Begitu selesai... Jreng!

Saya mengintip ke cermin. Tuh kan, tebel! Hiks :((( Rias tipis versi penata rias ya segitu itu kali ya. Tetap kayak pemain lenong. Hihi. Ya sudahlah... Saya pasrah, dan menyusul teman-teman saya--yang semuanya sudah selesai dirias, ke TKP di aula lantai tiga. Seorang pengarah gaya sibuk mengatur posisi kami dan ngga berenti-berenti memerintah:

"Yuk, senyum dooong!"

"Maju dikit!"

"Miring ke depan ya!"

"Ayo lengannya diangkat ke atas!"

Ini mau difoto apa disetrap?

Setelah Mbak Perias beberapa kali menambal bedak yang mulai luntur di wajah para bapak-bapak, selanjutnya adalah acara jeprat-jepret yang lumayan bikin otot pipi kesemutan. Disuruh senyum dan ketawa terus sih.. xD Usai pemotretan, saya langsung ngacir ke toilet untuk membasuh wajah dengan air dan sabun bayi hasil todongan. Sempat tertangkap basah pula sama mbak perias!

"Kok dibersihin, Mbak? Kan make-up nya udah tipis..."

Duh... Maaf banget Mbak, bukannya saya tidak menghargai hasil karya seni Mbak, tapi emang wajah saya aja nih yang sering sewot kalo dikasih dempul macem-macem...

Baru dua jam mengenakan riasan, berpose dan senyam-senyum aja udah pegel, gimana nasibnya para covergirl dan artis-artis ya, yang harus terus-menerus terbalut riasan dan senyum sumringah seharian? 

Syukurlah saya bukan mereka. 

Jadi model kalender kantor aja udah cukup kok. *ditimpuk kamera SLR* *ngarep*

 *



4 komentar:

  1. ketika laboratorian (bener ga istilahnya?) merangkap menjadi model.
    harusnya tiap hari gitu mba. biar yang check up ga jadi sakit ngelihat para pegawai di situ. Kalau udah jadi boleh lah dikirimin kalendernya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh, Mat.. kalo tiap hari kudu dipasangin make-up lenong, nggak deeeh! *ngacir* ^o^

      Hapus
  2. Dikara saya enak berada didepan meja hias dn terus didandani dengan gaya yang cantik. Ternyata capek juga ya .

    Salam Kenal
    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah's Blog

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, boleh dicoba deh mas, coba senyum terus selama dua jam.. Selamat menikmati :)
      Salam kenal juga

      Hapus

Terima kasih untuk komentarnya :)