Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Minggu, 01 Januari 2012

Finalis GoVlog - Dari Jalan Melati Hingga Jalur Gaza (part 3)

Jalan Bung Tomo, 22.30 WITA
Bus yang kami tumpangi berhenti di Jalan Bung Tomo. Kawasan yang terkenal sebagai tempat mangkal waria pekerja seks ini sering disebut Ubung karena hanya berjarak beberapa menit saja dari terminal Ubung. Sepi, hanya satu-dua waria berbusana mini yang melintas, mungkin hendak mencari pelanggan. Kawasan ini memang biasanya baru mulai ramai menjelang tengah malam. Di tepi jalan ada beberapa pria duduk-duduk. Menurut Mas Arya, mereka adalah preman-preman yang berjaga kalau-kalau ada pelanggan yang berlaku onar atau berbuat kasar pada waria Ubung.
Sebuah skuter lewat dan parkir tak jauh dari bus kami. Sekilas dari rambut panjangnya yang tergerai, saya pikir pengendaranya seorang wanita, tapi Mas Arya berkata, “Nah, itu dia ketua waria di sini.”
Mas Arya, Mas Bastian, dan Mas Rendy turun dari bus menyambutnya. Supaya tidak tampak mencolok, hanya beberapa finalis GoVlog yang boleh ikut turun. Tak lama, mereka kembali naik ke bus bersama sang ketua waria.
Namanya Karisma. Waria berkacamata ini adalah ketua OSIWA (Organisasi Sosial Waria) Ubung, yang ternyata ada di bawah naungan Yayasan Gaya Dewata. Beranggotakan sekitar 40 orang (sebagian adalah pekerja seks dan ODHA), OSIWA ikut dalam beberapa diskusi kesehatan yang diadakan YGD. Selain itu, mereka aktif mengajak para waria pekerja seks untuk rutin memeriksakan kesehatan beberapa bulan sekali, mengecek adakah infeksi menular seksual atau HIV. Jika ada yang positif terinfeksi HIV, akan didampingi untuk memperoleh konseling dan pengobatan. Di luar itu, OSIWA juga punya beberapa prestasi di bidang olahraga dan entertainment.
Ya, kaum waria, kaum yang seringkali dipandang sebelah mata ini, ternyata punya kegiatan-kegiatan positif dan aktif dalam pencegahan HIV/AIDS.
“Kami ingin diakui sebagai anggota masyarakat juga, dan tidak melulu dipandang negatif,” kata Mbak Karisma sebelum menutup perjumpaan dengan kami.

Jalur Gaza, 22.30 WITA.
Sekarang kami melintasi beberapa bar di Jalan Seminyak yang padat pengunjung, meruah ke trotoar dan jalan-jalan. Agar tak menarik perhatian, bus diparkir agak jauh dari Jalur Gaza, julukan ngetop untuk kawasan hiburan para gay ini. Para peserta tidak turun semua sekaligus, melainkan dibagi menjadi beberapa rombongan kecil. Saya, Mbak Vina, Fadel dan Rahmat dipandu Mas Bastian berjalan kaki menuju kerumunan ratusan manusia di trotoar.   

Waria & beberapa finalis GoVlog

Telinga saya mencoba beradaptasi dengan suara musik yang berdentum-dentum. Saya berbaur dengan puluhan atau mungkin ratusan orang yang bersantai di trotoar. Awalnya berpasang-pasang mata menatap aneh saya dan Mbak Vina. Tuh kan.. Kerudung kami menarik perhatian.. Tapi itu cuma sebentar. Tak lama kemudian, mereka kembali asyik dengan kegiatannya masing-masing.
Di trotoar, beberapa waria dengan make up tebal dan baju mini melintas, mencari pelanggan. Sesekali berpose seksi saat beberapa turis membidikkan kamera pada mereka. Kadang mereka terpekik senang saat berpapasan dengan temannya, cipika-cipiki sebentar lalu kembali ke kesibukannya semula. Di seberang jalan, berjajar beberapa bar gay yang dihiasi lampu warna warni. Di dekat pintu masuk salah satu bar yang terbuka lebar-lebar, ada panggung kecil tempat seorang pria atletis berdiri. Hanya mengenakan sehelai celana dalam, pria itu menari erotis; meliuk-liukkan tubuhnya yang mengkilap berkeringat. Di sekitar panggung, berjejalan para pengunjung bar yang juga berdisko seirama musik. Beberapa orang yang mungkin tertarik melihat tariannya beranjak masuk ke bar.
Di bar sebelahnya, seorang waria ber-wig pink menyanyikan secara lipsync sebuah lagu dari band Aqua. Meski mengenakan sepatu high heels, ia tetap lincah melenggak-lenggok di atas panggung, kadang-kadang genit menjawil beberapa pengunjung yang sedang menyaksikan penampilannya. Pekerja seks, penari erotis dan karyawan bar di sini tak semuanya warga setempat. Ada pula yang datang dari pulau lain seperti Lombok atau Jawa.


Mas Bastian memperkenalkan kami pada Yudi dan Oding, dua aktifis Yayasan Gaya Dewata yang malam itu sedang membagi-bagikan brosur edukasi dan kondom gratis sebagai bentuk kampanye seks aman untuk mencegah penularan IMS dan HIV. Sambil berbincang dengan saya, Oding menawarkan kondom gratis pada seorang waria yang melintas. Waria itu menerimanya, lalu dengan kenes menyelipkan kondom itu di bagian dada mini dress-nya. Oala.
“Kegiatan bagi-bagi kondom ini memang rutin kita lakukan beberapa kali seminggu,” cerita Oding. “Kita mulai keliling jam 10 malam sampai sekitar jam 4 pagi.”
Di luar aktifitasnya sebagai anggota YGD, cowok kalem ini bekerja sebagai penjaga sebuah butik di Bali. Nggak capek?
“Nggak. Kita sempet istirahat sebentar kok sebelum berangkat kerja pagi-pagi. Lagipula, kegiatan ini kan nggak tiap hari.”
Wow, salut dengan semangat mereka! *two thumbs up*
Akhirnya panitia memberi kode pada kami untuk kembali menuju bus. Dengan sedikit berat hati karena obrolan kami masih seru, saya berpamitan pada Oding.
“Makasih ceritanya ya. Sukses selalu!” kata saya.
“Iya sama-sama. Kamu juga ya, sukses lomba blognya!”
Ternyata sudah pukul 00.30 WITA, saudara-saudara! Agenda field visit hari kedua selesai. Kami kembali ke hotel, membawa banyak pengalaman baru yang membuka mata kami bahwa banyak pejuang yang gigih memerangi HIV/AIDS di sini.


~bersambung~

2 komentar:

Terima kasih untuk komentarnya :)