Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Minggu, 30 Desember 2012

(Book Review) Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran




Judul      : Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran
Penulis   : Mark Haddon
Penerbit`: Kepustakaan Gramedia Populer
Tebal      : 325 halaman
ISBN       : 9789799104779

Sebetulnya, saya sudah membaca Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran sampai tamat. Waktu itu saya masih kuliah, dan meminjam buku ini dari seorang teman. Bertahun-tahun sesudahnya, tanpa sengaja saya melihat buku ini lagi di bagian bawah rak sebuah toko buku. Saya putuskan membelinya.


Why bother buying book that you’ve read before?


Oke. Saya tanya yaa... Ada ngga buku-buku yang tak akan cukup dibaca sekali saja? Ada ngga buku-buku yang ingin kamu miliki supaya bisa dibaca lagi dan lagi kapanpun (entah dibaca dari awal sampai akhir atau hanya di bagian-bagian cerita favoritmu)?


Kalau saya, ada. Salah satunya ya buku karya Mark Haddon ini.

Jumat, 28 Desember 2012

Vespa Bapak

Tanggal 26 Desember kemarin, genap 16 tahun Bapak berpulang. Di antara sekian banyak kenangan tentang Bapak, salah satunya adalah Vespa, skuter kesayangannya. Saya lupa tahun produksinya. Skuter Vespa Piaggio berwarna navy blue itu, bentuknya mirip dengan skuter modern yang ada saat ini. Bedanya, pada skuter Bapak itu jok pengemudi dan jok penumpangnya terpisah.

Di tahun 1980-an, masih cukup banyak orang yang wara-wiri di jalanan dengan mengendarai skuter Vespa. Di tahun 1990-an, motor bebek booming di mana-mana. Vespa mulai jarang dilirik. Kalaupun ada yang beredar di jalan, biasanya bodinya sudah tipis dan mulai berkarat dengan bunyi mesin yang sangat khas. Cempreng.

Tapi, di masa redupnya pamor Vespa, Vespa Bapak masih tetap mulus dan bersuara halus. Skuter itu masih gagah menemani Bapak menempuh perjalanan pergi dan pulang ngantor. Di hari libur, sesekali Vespa itu membawa penumpang tambahan yaitu Mama dan saya, kesana-kemari, entah itu berbelanja ke pasar atau mengantar saya berobat saat sakit. 
Wajar saja Vespa segar bugar. Bapak merawatnya dengan kesabaran dan keahlian tangan tukang kebun sejati yang merawat tanaman anggrek. 

Selasa, 25 Desember 2012

(Book Review) 18 Detik

 


Judul: 18 Detik
Penulis: George D. Shuman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 408 halaman
ISBN: 9789792276237

Buat kamu penggila novel thriller, atau kamu yang tertarik dengan kisah seputar indra keenam atau special gift sejenis, saya rekomendasikan buku ini.
Menurut saya, 18 Detik berbeda dari banyak novel sejenis karena cara George D. Shuman, sang penulis, menyajikan adegan-adegan cerita bak keping-keping puzzle yang dijatuhkan seenaknya di atas papan teka-teki; kadang-kadang di kanan, lalu pindah ke atas, atau di ujung bawah
Kisah dibuka dengan keberhasilan Sherry Moore membantu pihak kepolisian Pittsburg menemukan lokasi mayat seorang wanita yang sudah bertahun-tahun lenyap tanpa jejak. Sherry adalah wanita tuna netra yang mampu “melihat” 18 detik terakhir memori orang mati dengan cara menyentuh mayat tersebut. Bagaimana dia mendapatkan kemampuan itu? Sejak kapan?

(Book Review) Blue Romance


Judul      : Blue Romance
Penulis   : Sheva
Penerbit : Plotpoint
Tebal      : 214 halaman
ISBN       : 9786029481167
Semakin banyak saja buku yang ditelurkan oleh penulis baru berbakat, memperkaya dunia perbukuan negeri ini. Tiap berkunjung ke toko buku saya biasanya membeli satu karya penulis baru, di samping buku-buku lain yang memang ditulis oleh pengarang favorit saya. Biasanya saya mengambil buku dengan pilihan judul yang unik, ilustrasi cover yang eye-catching, atau sinopsis yang memancing penasaran.

Kadang-kadang, saya kecewa dengan pilihan saya. Tapi tak jarang pula saya jatuh cinta pada buku lainnya, dan dengan segera menjadikan penulisnya salah satu pengarang yang karya berikutnya akan saya buru--kalau memang sudah terbit. ;)

Melihat judulnya yang cenderung sedih, tadinya saya kurang tertarik pada Blue Romance. Takut kalau isinya terlalu melodramatis. Tapi rasa ingin tahu saya terpantik juga oleh ilustrasi sampul yang menurut saya unik, dan konsep berupa kumpulan cerita pendek dengan setting yang sama, yaitu kafe bernama Blue Romance.

Kayaknya buku bagus nih, pikir saya, meski tak mengenal nama penulisnya.

Usai membacanya, feeling saya terbukti tepat. Terdiri dari tujuh kisah, Blue Romance selalu mengawali kisah dengan semacam kamus kopi; menyebutkan satu menu berbasis kopi, berikut penjelasan singkat dan ilustrasi simpelnya, seperti mochacchino, caffe macchiato dan espresso. Setiap kopi punya makna tersendiri yang berkaitan dengan tokoh dalam cerita, menjadikan masing-masing kisah terasa personal dan punya ciri khas. 

Minggu, 23 Desember 2012

(Book Review) The Casual Vacancy



Judul      : The Casual Vacancy
Penulis   : J.K Rowling
Penerbit : Qanita
Tebal      : 593 halaman
ISBN       : 9786029225686

Meski penerbit Qanita sudah mencantumkan label "Bacaan untuk Dewasa" di sampul belakang, saya yang notabene orang dewasa pun sempat terkejut menemukan kata-kata makian dan beberapa adegan vulgar dalam buku ini; kekerasan dalam rumah tangga, perkosaan, sampai adegan konsumsi narkoba. Tapi jangan buru-buru mencap novel ini tak layak dibaca, karena The Casual Vacancy punya nilai-nilai moral yang bisa kita petik.

Kalau boleh saya sarankan, jangan bandingkan The Casual Vacancy dengan Harry Potter. Percuma! Jelas beda banget. Siap-siap saja menghadapi nuansa kelam yang tiba-tiba muncul dalam pergantian adegan, karena Rowling memang bermaksud menceritakan betapa kacau dan munafiknya masyarakat kita; bahkan masyarakat Pagford sekalipun, yang menganggap diri mereka beradab.

Tanpa basa-basi, Rowling membuka cerita dengan membunuh tokoh utama, yaitu Barry Fairbrother. 

Just Sit Down and Start It!


“There isn’t any secret. You sit down and you start it and that’s it.”
(Elmore Leonard)

Saya pernah membaca beberapa buku how-to dan artikel tentang menulis. Bagaimana memilih judul? Bagaimana merangkai paragraf di halaman pertama yang akan membuat orang ingin terus membaca bukumu sampai selesai? Bagaimana menciptakan tokoh-tokoh fiktif yang terasa riil dalam cerita?

Tapi saya lupa, bahwa hal terpenting dalam menulis adalah... menulis. Tidak ada jalan rahasia untuk menjadi penulis. Kita hanya harus duduk dan mulai menulis, terus menulis. 

Masih ingat resolusi 2013 yang saya bahas dalam Biarkan Tuhan Memeluk Mimpi-mimpimu? Saya akan memulai resolusi nomor tiga saya dengan ikut proyek menulis #Kisah1001Mantan yang digagas seorang teman blogger yang saya kenal di dunia maya, Mazmo Cool

Jumat, 21 Desember 2012

#postcardfiction: Berry Happy Birthday


Dahiku berkerut. Untuk keseratus kalinya aku mengitari etalase. Cake mana yang harus kupilih? Semuanya cantik dan seolah berebut memintaku untuk membawanya pergi.

Black forrest cake dengan butiran cherry dan keping-keping cokelat? Ah, terlalu manis, Mama pasti ngga suka. Tiramisu cake dengan percikan kopi? Err, Mama bahkan benci aroma kopi.

"So, which one, Darl?" Papa menggodaku yang masih kebingungan. Darl kependekan dari namaku, Darla, juga berarti darling, sebutan sayang untukku.

Mbak pramuniaga yang begitu ramah menjelaskan detil setiap cake yang kutunjuk, mulai tampak kesal, tapi tetap tersenyum sopan demi tugas.

Kue ini harus spesial, sebab ulang tahun Mama kali ini beda dengan yang sudah-sudah...

Dalam Doa Ibu Ada Namaku Disebut


berdoa
Tadi siang, saya iseng buka laman Facebook dan menemukan catatan kecil yang saya tulis beberapa tahun lalu. 

'After every sholat, my mum takes a long time to pray. It makes me wondering what things she asked to God. She told me once that her prayers mostly concerned about all muslim worldwide, her beloved family members who already died, her sons & daughter (hey, that's me!), also herself, ofcourse.

Then, I felt tempted to ask,"What do you pray to God for me, Mum?"

Well, she prays A LOT for me, but this one really touches my heart:

"Ya Allah, karuniakanlah pada Ruri rezeki yang halal, yang luas, yang cukup, yang Engkau berkahi." '

Saat itu saya baru lulus kuliah dan masih berstatus sebagai "pengamen" alias praktek tidak tetap di klinik-klinik 24 jam di seputar Jabotabek.

Selasa, 18 Desember 2012

(Book Review) The Truth About Forever



Judul      : The Truth about Forever
Penulis   : Orizuka
Penerbit: GagasMedia
Tebal      : 284 halaman
ISBN       : 9797802299

Ketika seseorang tahu sisa usianya tinggal sebentar lagi, masihkah hidupnya punya makna?

Makna itu hilang dari diri Yogas sejak dokter memperkirakan dirinya hanya akan bertahan hidup beberapa tahun saja karena virus HIV yang ada dalam tubuhnyaYogas harus minum obat secara rutin, sekedar untuk memperpanjang masa sehatnya sebelum infeksi di tubuhnya berkembang menjadi AIDS. *maaf yaaa SPOILER dikit nih*  -__-

Jika sisa hidup Yogas adalah sebuah gelas kaca yang terisi air separuhnya, bagaimana Yogas harus menyebutnya? Gelas yang separuh kosong, ataukah gelas yang separuh penuh?
Bagaimana Yogas harus memandang diri sendiri? Sebagai orang yang sekarat akan mati karena HIV, atau orang yang hidup dengan HIV?

Minggu, 16 Desember 2012

Biarkan Tuhan Memeluk Mimpi-mimpimu


"Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu."
(Novel Sang Pemimpi - Andrea Hirata)

Ketika kita bermimpi, boleh jadi orang lain menanggapinya dengan senyum meremehkan, "Emang kamu bisa?" Atau, yang lebih parah lagi, justru kita sendiri yang sangsi dengan mimpi-mimpi kita, "Nggak mungkin saya bisa."

Tapi ternyata mimpi bisa membuat orang memiliki kekuatan tak terduga untuk mewujudkannya. Asma Nadia, misalnya. Seorang gurunya di sekolah menengah pernah memberi komentar negatif pada sebuah cerpen yang ia tulis untuk tugas mengarang.

"Cerita picisan," kata gurunya.

Tapi Asma tetap percaya, suatu hari nanti dia akan jadi penulis. She loves writing, and no one can take it away from her. Asma tak pernah berhenti menulis, dan kamu tahu sendiri kan sampai saat ini jumlah buku-buku best seller yang sudah ditulisnya? Banyak!

Tanpa impian yang ingin dicapai, hidup kita pasti membosankan, ngga seru! 

#Postcardfiction: Perayaan Terakhir


Diam-diam, kunikmati riuh terpaan hujan di kaca jendela kamarku. Jejak bulir air serupa parit-parit kecil di sana,mengotori pemandangan berupa awan tebal dan langit muram Jakarta. Lalu, kubuka lagi e-mailmu.


 
        Paris, 25 November. 
Dear Tara, 
Kubawakan musim gugur di pemakaman Père Lachaise untukmu. Helai-helai daun kecoklatan berjatuhan dengan gembira dari ranting pohon. Kontras dengan hitamnya jajaran batu nisan yang berdiri muram di pemakaman. Disinilah jasad sastrawan favoritmu, Oscar Wilde, bersemayam. Selalu saja ada bunga segar atau bekas kecupan bibir berlipstik yang ditinggalkan oleh para pengunjung dan fans Wilde di batu nisannya. Wow. Kalau dia memang sehebat itu, kapan-kapan aku harus membaca syair gubahannya.;-)

Happy 5th Anniversary. 

Andre.

Sabtu, 15 Desember 2012

(Book Review) Cerita Sahabat

>>>Repost tulisan lama ;)


Judul      : Cerita Sahabat 
Penulis   : Alberthiene Endah, dkk
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal      : 336 halaman
ISBN      : 978-979-22-7696-1

Jujur saja, saya agak jenuh dengan fiksi cinta yang biasanya penuh bunga dan berakhir happily ever after. Bahkan bagi seorang melankolis yang suka drama happy ending seperti saya, kelihatan banget bahwa itu too good to be true. Di alam realita, ngga seperti itu kan? 

Kalau boleh berkomentar (ya bolehlah, ini kan blog saya.. hehehe), saya cukup salut dengan keberanian penulis-penulis Cerita Sahabat untuk mengangkat beberapa isu yang sering dianggap janggal dan tabu dalam cinta. Seperti perbincangan akrab dua orang sahabat, cerita-cerita di dalamnya mengalir jujur, tanpa gombal, dan pastinya menelanjangi cinta dari banyak sisi, termasuk sisi gelapnya.  Sisi yang boleh saja tidak kita sukai tapi nyata terjadi. Jadi, jangan harap bisa menemukan banyak cerita dengan akhir bahagia deh...

Rabu, 05 Desember 2012

5 Aplikasi Mudah Pengedit Foto untuk Android

Sejak memiliki ponsel pintar berbasis android dua tahun lalu, rasanya belum bosan-bosan saya mengunduh dan menjajal ratusan aplikasi dari Google Playstore, termasuk aplikasi pengedit foto. Cukup dengan memilih-milih efek, filter, atau frame, foto hasil bidikan kamera ponsel beresolusi pas-pasan pun bisa disulap jadi keren dalam sekejap! Ingin berbagi foto dengan teman-teman? Usai mengutak-atik foto, kamu bisa mengunggah foto hasil olahanmu sepuasnya di blog atau akun jejaring sosial.

Kalau memori ponsel mulai protes karena kepenuhan, tinggal hapus saja beberapa file atau aplikasi yang tidak kamu butuhkan, supaya aplikasi baru bisa nyempil di ponselmu. Hehehe.

Di Google Playstore, bertaburan aplikasi-aplikasi pengedit foto dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Beberapa di antaranya pernah saya coba dan hapus karena kurang puas dengan performanya. Ada pula beberapa yang masih saya pakai sampai sekarang. Berikut adalah 5 aplikasi pengedit foto yang menurut saya sangat user friendly dan layak kamu coba.

Sabtu, 01 Desember 2012

World AIDS Day: Stop Judging, Please!


Imagine a nice housewife got AIDS from her husband who had unsafe sex with prostitute. Imagine an innocent baby, born with the HIV infection transmitted from his mommy. Imagine a kind doctor, trying to dedicate his knowledge and skill for his patients' sake, then accidentally got HIV infection as the reward.
Many years ago, when I was still a medical student, patients with Human Immunodefficiency Virus/ Acquired Immuno Defficiency Syndrome (HIV/AIDS) always astonished me. Some of them were still in their best shapes, continously consuming antiretroviral drugs. Some of them were stranded in bed, trying to fight the virus with any last strength they had.

Everytime I saw some of them, I got one question on my mind: how did they get infected? 

Jangan Hakimi ODHA Lagi




Bertahun-tahun lalu, saat saya masih seorang co-asisten di fakultas kedokteran, saya selalu tertegun saat bertemu pasien dengan Human Immunodefficiency Virus/Acquired Immuno Defficiency Syndrome (HIV/AIDS). Sebagian dari mereka masih segar bugar, dan rutin mengonsumsi obat antiretroviral. Sebagian lainnya tergolek lemah di ranjang rumah sakit, berusaha melawan ganasnya virus dengan sisa kekuatan yang mereka miliki.

Setiap kali berhadapan dengan mereka, saya tergelitik oleh satu pertanyaan: kok bisa sih mereka kena penyakit itu?

Seringkali saya menebak jawabannya. Kebanyakan hanya berupa tebakan penuh prasangka buruk.

"Lihat tuh, tatonya banyak banget. Pantesan terinfeksi HIV.”
"Astagahhh! Ada parut-parut bekas luka di pergelangan tangannya! Dasar pecandu narkoba.”
"Mbak itu bilang, dia tertular dari pacarnya. Lagian sih free sex segala. Ngga pake pengaman pula.”