Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pages

Jumat, 23 Maret 2012

I'm On My Way


"Salsabeelaaa! Turun. Sekarang!" 

Mami, seperti biasa, menjerit histeris tiap kali memergokiku duduk mencangkung di dahan pohon, tepat di depan jendela kamarku.

Sambil nyengir, kutiti dahan-dahan yang lebih rendah, lalu lompat ke bawah. Mami bergidik ngeri. Takut putri bungsunya jatuh dan patah tulang. Mami geleng-geleng kepala melihatku yang sibuk menepis beberapa semut rangrang bandel yang merayapi bajuku, prihatin.

"Sa, Mami tadi beli ini buat kamu. Coba deh kamu mulai belajar pakai kerudung," Mami menyodorkan selembar kerudung bermotif salur hitam putih yang cantik, “bahannya adem.”
 
"Panas ah, Mi," kilahku.

"Eh, anak ini.. ini Allah yang suruh kamu tutup aurat lho, Sa, bukan Mami."

"Selama ini kan Sasa nggak pernah mengumbar aurat, Mi. Baju Sasa sopan-sopan semua kok!"

"Salsabeela..." Nah, Mami hanya menyebut namaku seperti itu ketika beliau sedang geregetan karena ulahku. Atau hendak membicarakan sesuatu yang benar-benar serius, "aurat seorang wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. Nah ini juga bukan kata Mami. Ini kata Rasulullah SAW lho." Dengan sabar, Mami mengajakku menyimak terjemahan ayat Alqur'an dan hadits yang barusan diceritakannya. 

Ih, betul! Berhijab itu wajib. 

"Tapi Sasa mana pantes, Mi, pake begituan?"

"Justru itu, Sa, kamu pasti feminin, cantik, anggun deh kalau berhijab! Dan makin salihah, insya Allah. Percaya sama Mami!" Mami menjejalkan kerudung itu ke tanganku. Tak mau dibantah lagi.

"Ah, Sasa emang udah cantik dari dulu kok, Mi!"

"Salsabeelaaa!"

Aku kabur ke kamar, menghindari cubitan Mami. Kuamati bayanganku dalam cermin. Berdiri di sana seorang gadis berusia duapuluhan, dengan celana jeans, kaos gombrong abu-abu dan kemeja kotak-kotak merah, serta rambut panjang ikal yang diikat bergaya ekor kuda. Satu sudut bibirnya terangkat membentuk senyum bandel. 

Sifat tomboiku memang sudah sejak dulu ada. Sebagai satu-satunya anak perempuan yang dikepung tiga abang, aku biasa bergabung dengan mereka; entah bermain bola, memanjat pohon, sampai berkelahi. Aku nyaman dan leluasa bergerak mengenakan celana panjang dibanding rok atau segala atribut perempuan lainnya. Ribet!


Seiring beranjak usiaku, Mami selalu ceriwis menyuruhku untuk tampil dan bersikap lebih 'perempuan', tapi akhirnya kami berkompromi: se-macho apapun aku, sebagai perempuan tulen aku harus tetap memanjangkan rambut, mengenakan anting-anting, dan bisa memasak! 

Aku menatap sangsi kerudung pemberian Mami. Tapi kalau harus berhijab... 

*

"Memang bener, Sa, muslimah yang sudah akil baligh wajib menutup auratnya,” kata Bang Faris sambil mendribel dan menjaga bola basketnya agar tak terebut olehku.

Hari Minggu sore itu, aku dan ketiga abangku adu basket di lapangan depan rumah. “Emang nggak bisa ntar aja, Bang.. Hmm kalau Sasa udah naik haji, misalnya. Hup!” Akhirnya aku berhasil mencuri bola itu. Aku berlari menuju ring, tapi tubuh tegap Bang Rizal menghadangku.

“Emang kapan kamu mau naik haji?” Bang Rizal nyaris merebut kembali bola yang kucuri dari partner se-timnya, tapi aku berkelit.

“Engg.. Yaaa, nggak tau! Sasa nabung dulu lah!”

“Sa, oper sini!” Bang Taufik, rekan se-timku berseru dari bawah ring. Refleks kulemparkan bola padanya melewati sela kaki Bang Rizal. Jitu! Bang Taufik menangkap baik umpanku, lalu melompat untuk memasukkan bola itu ke keranjang.

“Yes!” Aku dan Bang Taufik ber-highfive.   

“Tapi apa kamu yakin, Sa, Allah masih memberi kamu kesempatan sampai hari itu tiba?” celetuk Bang Taufik tiba-tiba, membuatku berhenti bersorak.

“Iya, Sa. Kamu berani jamin besok kita masih ada umur? Umur manusia, siapa yang tahu?” Bang Rizal meneguk air dari botol mineralnya.

“Jangan nunda-nunda kebaikan. Takutnya nanti nggak kesampaian,” Bang Faris mengacak rambutku.

“Tapi, Bang..” Duh, bandelnya aku. Ada aja alasannya!

“Apalagi??” seru mereka bertiga berbarengan, lalu kami meledak dalam tawa.

“Sasa kan masih begini. Suka naik gunung, main basket. Bodoh soal Islam, tadarus nggak khatam-khatam, macho, sering kelepasan terbahak-bahak. Nggak ada anggun-anggunnya deh! Kasian citra para hijaber ternodai kalau Sasa nekat berhijab seperti mereka. Sasa harus menghijabi hati dulu sebelum menghijabi rambut Sasa,” akhirnya kucurahkan semua uneg-unegku pada mereka.
 
“Urutannya terbalik, non! Hijabi aurat dulu, lalu berproses untuk menghijabi hati dan perilaku, dan proses itu panjang, Sa, bisa seumur hidup,” Bang Rizal meluruskan pemikiranku.

“Eh, siapa bilang muslimah nggak boleh gagah?” Bang Faris duduk di tepi lapangan. 


“Ada lho seorang shahabiyah bernama Nusaibah binti Ka’ab, yang terjun ke medan perang untuk membela Islam. Beliau pernah sampai terluka gara-gara berusaha melindungi Rasulullah. Orang-orang memberinya sebutan kehormatan 'Perisai Rasulullah'. Masih banyak lagi deh kisah muslimah perkasa lainnya, nanti Abang pinjemin bukunya ke kamu.”

Hmmmh... jadi gimana, Sasa?

*

Mami, Bang Faris, Bang Rizal dan Bang Taufik pasti akan sama tercengangnya denganku saat ini. Kususuri lagi bayanganku dalam cermin. Berdiri di sana seorang gadis berusia duapuluhan, dengan celana jeans berpipa lebar dan kaos merah berlengan kerut yang sangat manis (satu lagi ‘sogokan’ Mami supaya aku mau berhijab, hehehe)--serta kerudung pemberian Mami.

Setitik embun menyusup ke hatiku. Sejuk. Entah bagaimana, terbalut busana ini aku merasa... damai. Perlahan, satu sudut bibirku terangkat membentuk senyum bandel. 

Ya, aku masih Salsabeela yang sama. Hanya saja, aku sudah memutuskan untuk menghijabi diri dan hati, mulai hari ini dan seterusnya. Ini bukan akhir cerita. Seperti yang dikatakan abangku, perbaikan diri itu proses yang panjang.

It will take a lifetime effort.
A long story. A long journey.  

Jadi, inilah prologku. Langkah pertamaku.

I'm on my way. Bismillah!


Protagonist Red

***

Tulisan ini disertakan dalam Salsabeela's Writing Competition




Selasa, 20 Maret 2012

Namaku Salsabeela


Hai, assalaamu’alaikum. Namaku Salsabeela. 

Hmm, seperti apa sosok yang terbayang dalam benak kalian saat mendengar nama itu? Cantik? Berkulit cerah? Tinggi semampai? Modis? Anggun? Cerdas? Percaya diri? Singkat kata: sempurna?

Kalau memang itu pendapat kalian, maka izinkan aku tersenyum simpul. Sungguh, aku amat jauh dari sempurna. Aku terlahir di tengah sebuah keluarga kelas menengah di Jakarta, dengan penampilan fisik rata-rata dan kecerdasan rata-rata.

Ibuku bilang, wajahku manis, terutama karena andeng-andeng mungil di sisi kiri bibirku, seperti Cindy Crawford—supermodel Amerika itu. Manis. Selevel di bawah cantik. Lagipula, pujian itu bisa jadi hanya opini pribadi seorang ibu tentang putri semata wayangnya kan?


Cindy Crawford
Ngomong-ngomong soal Cindy Crawford, kemiripan antara aku dan dia ya cuma andeng-andeng itu.

Kulitku, seperti kebanyakan orang Indonesia, berwarna sawo matang. Andai dulu Tuhan memilih warna tiga tingkat lebih gelap untukku, maka aku resmi berkulit legam. Syukurlah, Tuhan jauh lebih bijak dari apa yang kukuatirkan...

Tinggi badanku juga jauuuh di bawah tinggi badan Cindy Crawford yang 175 cm itu. Dan terpaksa kuakui bahwa berat badanku berlebihan. Gen gemuk ini kudapat dari Ayah lho. Ehm.. berikut gen hobi ngemil dan berwisata kuliner juga sih. Ha-ha.

Dengan warna kulit dan postur tubuh seperti ini, aku sering putus asa memilih padu padan busana. Mau pakai warna-warna elektrik, nggak pe-de. Mau coba modis berkaftan-ria warna pelangi ala Syahrini, dikomentari mirip karung beras kecemplung kolam cat. Hiks. Ujung-ujungnya? Back to plain t-shirt and jeans. Jadi, apakah aku modis dan anggun? No. Big NO.

Dengan segala hal yang melekat padaku itu, apakah aku percaya diri? Hell no! Prestasiku pun tak menonjol. Tidak pernah jadi juara kelas saat sekolah, tidak pernah menjabat posisi penting di organisasi kampus, tidak ikut kegiatan ekstra apapun di kampus kecuali menjadi anggota sebuah klub buku.

Aku memang tergila-gila pada buku. Tergila-gila aroma tinta pada buku yang baru dibuka sampul plastiknya. Tergila-gila suara gemerisik kertasnya saat kubalikkan halaman demi halaman. Dan, terutama, tergila-gila ikut larut dalam kisah-kisah yang dibawakannya.

Dari semua jenis buku, aku paling suka biografi. Menyenangkan rasanya bisa mengenal seorang tokoh besar begitu detil, bahkan tanpa perlu bertemu sekalipun dengan mereka. Aku tertegun menyusuri cerita suram jurang perjalanan hidup mereka, dan takjub membaca perjuangan mereka menuju puncak keberhasilan. Helen Keller yang tuna netra dan tuna rungu saja bisa membuat dirinya tercatat abadi dalam sejarah sebagai seorang pengajar, aktivis dunia politik, dan penulis kenamaan.


Helen Keller

Ternyata begitu.

Tak ada yang terlahir sempurna, tapi siapapun bisa mendekati kesempurnaan kalau mau berusaha.

Pelan-pelan, aku mencoba melupakan bahwa aku Salsabeela yang berkulit gelap, gemuk, pendek dan minim prestasi. Aku berhenti menunduk dan bersuara lirih saat berbicara pada orang lain. Aku berusaha lebih sering tersenyum dan menatap lawan bicaraku. Sesekali, aku mengemukakan pendapatku di forum diskusi klub buku, dan aku cukup terkejut menemukan bahwa orang-orang menghargainya. Aku coba memperbanyak aktifitas fisik seperti berjalan kaki, naik-turun tangga, dan jogging, untuk membakar lebih banyak kalori. Menurunkan berat badan bukan demi kecantikan, tapi demi fisik yang sehat. Aku mulai merasa jauh lebih nyaman dengan diriku apa adanya. Aku tegakkan bahuku dan melangkah dengan lebih yakin.

Well, if I’m not trying to be sure about myself, then nobody else will.

Puncak dari metamorfosis kecil seorang Salsabeela adalah keputusanku untuk berhijab. Bukan sekedar demi mematuhi titah Tuhan untuk menutup aurat, tapi kulakukan ini juga demi diriku sendiri. Bagiku, hijab adalah kebebasan. Aku bebas dari belenggu definisi ‘cantik’ yang didiktekan industri kosmetik dan mode; tinggi, langsing, berkulit putih, berambut lurus panjang, bla-bla-bla kalian bisa sebutkan lagi yang lainnya.

Those kinds of beauty are only skin deep.

Kalian boleh setuju atau tidak tentang ini, tapi menurutku, definisi cantik rumusan Tuhanlah yang paling tepat. Ya, manusia terbaik bagi-Nya adalah dia yang paling bertakwa.


quote


Tak peduli segemuk apapun kamu, selegam apapun kulitmu, jika kamu muslimah paling bertakwa, maka kamulah yang tercantik.

Jadi, sekali lagi. Perkenalkan, namaku Salsabeela. Aku bukan wanita tercantik di dunia, tapi aku akan terus berusaha mempercantik diri di mata-Nya dengan takwa. Insya Allah :-)

***

Tulisan ini disertakan dalam Salsabeela's Writing Competition 




Ini koleksi tercantik Salsabeela versiku:

fantasy flare skirt

Senin, 19 Maret 2012

Lima Fashion Blog Favorit Saya


Salah satu cara jitu saya untuk memulihkan mata yang penat usai bekerja di depan komputer adalah blogwalking ke women fashion blogs. Di tempat-tempat ini, mata saya benar-benar dimanjakan dengan bermacam mode busana berikut padu padan warnanya yang cantik. Tahu sendiri kan, mode busana wanita itu luar biasa banyak variasinya dan pasti berubah dari masa ke masa. Saya sendiri sih nggak modis.. (^.^)> tapi seneng aja rasanya melihat blog warna-warni itu, hehehe. 
Seringkali, fashion blog juga merangkap sebagai online shop, jadi para pengunjung yang tertarik dengan busana yang ditampilkan di sana bisa langsung memesan. Kalau nggak berminat beli, ya setidaknya bisa mengambil mode pakaian tersebut sebagai referensi. Nyontek gayanya, gitu.. *smirk*

Ohya, satu hal yang saya suka dari blog-blog ini adalah hijab tutorial-nya, baik yang berupa gambar step-by-step ataupun berupa video. 

gambar dari Maxira


Selembar kerudung simpel ternyata bisa dikenakan sedemikian rupa menjadi berbagai gaya yang chic ya? Bisa banget dicontek nih! *nyengir*

Jadi, ini lho fashion blogs favorit saya:

Mengusung slogan Stylish & Syar’i, Kivitz menawarkan busana muslimah sesuai syariat yaitu tidak ketat dan tidak transparan. Longgar bukan berarti gedombrangan, dan tampil syar’i bukan berarti nggak bisa terlihat keren lho. Coba deh lihat beberapa contoh model busana Fitri Aulia—pemilik merek sekaligus desainer produk-produk Kivitz, yang memadukan warna-warna dasar seperti hitam, coklat dan abu-abu dengan warna-warna bold seperti merah, fuchsia, biru elektrik, dan jingga. Pretty! ^o^

gambar dari Kivitz

gambar dari Kivitz

Online shop yang dibesut dua bersaudara Acied dan Riez ini menjual pakaian muslimah bergaya kasual beserta segala aksesorisnya seperti kerudung, dalaman kerudung dan bros. Koleksinya cukup lengkap dan up to date. sebut saja semua bentuk celana panjang yang akhir-akhir ini ngetren (tapi menurut saya kok aneh ya..hehehe ;p ) mulai dari carrot pants, harem pants, Barbie pants sampai Greek Princess Pants, ada di sini. 

gambar dari Maxira
gambar dari Maxira

Harganya juga lumayan terjangkau. Ya emang sih tetep paling murah beli sendiri di Pasar Tanah Abang. Tapi buat kamu yang malas atau tak ada waktu untuk berpegal-pegal ria berjalan menjelajahi kios-kios Tanah Abang demi mencari baju muslimah dan pernak-perniknya, online shop semacam Maxira ini memang pilihan praktis yang pantas dilirik.


Merasa mati gaya? Bingung mengkombinasikan baju dan kerudung yang berjejalan di lemari? Then, Ladies, come over here and solve your problem. Caribmuslimah menampilkan padu padan yang fashionable untuk berbagai kesempatan, santai ataupun resmi. Mulai dari kerudung, handbag, sampai gelang dan sepatu.

gambar dari Caribmuslimah

gambar dari Caribmuslimah

Di blog ini, penulis menceritakan awal ketertarikannya pada mode busana muslimah, yaitu setelah ia mulai berhijab. Di luar negeri, muslimah yang memakai hijab masih sering dipandang aneh dan nggak banget; identik dengan cadar, gamis, dan warna-warna suram). Nah, lewat blognya ini, si penulis ingin agar dunia memahami bahwa hijab itu iya banget; bahwa muslimah bisa tampil cantik, elegan dan lincah beraktifitas dengan aurat tertutup. Tapi sampai saat ini saya masih belum tahu siapa nama pemilik blog ini. Di bawah gravatarnya yang cantik, ia hanya menulis nickname Sweetie. Hmm, well, whoever you are, you’re sweet, Sweetie. ^__^

Fashion blog milik Ghaida Tsurayya ini sekaligus merupakan online shop untuk produk-produk rancangannya, yang diberi tajuk Gda. Gda banyak mengkombinasikan warna-warna kalem seperti peach dan grayish brown, atau pink dan biru muda. Banyak model busananya yang menurut saya terlalu imut untuk wanita dewasa dan lebih cocok untuk remaja dan mahasiswi *duh.. ketauan tuanya deh saya.. <(-_-“) *

gambar dari Gda's Gallery

Tapi jangan kuatir, banyak juga kok koleksi gaun, cardigan atau rok drapery yang resmi dan anggun, sangat nggak malu-maluin kalau dipakai ke acara kondangan ^.^d

gambar dari Gda's Gallery 


Last but not least, ini fashion blog yang digawangi Suchi Utami. Buat kamu yang suka paduan warna-warna natural seperti coklat tanah dan hijau daun, bisa menemukan banyak koleksi menarik dengan kesan mature dan elegan di sini.

gambar dari Such!

gambar dari Such!

Belum lama ini, Such! mengajak para pelanggannya untuk mengikuti kompetisi membuat video hijab tutorial yang diselenggarakan Such! Video karya para pemenang ditampilkan di blog Such! Hmm, keren juga ya.. dengan begitu para pengunjung bisa ikut terlibat meramaikan Such! 
^.^d

Bagaimana dengan fashion blog favorit kalian? Boleh banget lho kalau mau share di sini! :D